Kata Papua

Hindari Politik Identitas Untuk Menciptakan Pemilu yang Damai - Kata Papua

Hindari Politik Identitas Untuk Menciptakan Pemilu yang Damai

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Hindari Politik Identitas Untuk Menciptakan Pemilu yang Damai

Oleh : Joanna Alexandra Putri

Politik Identitas menjadi salah satu hal yang perlu dihindari guna menjaga stabilitas keamanan jelang Pemilu. Kemunculan Politik Identitas kerap berujung pada gesekan yang memunculkan pertikaian. Oleh karena itu Politik Identitas perlu dihindari guna menciptakan pemilu yang Damai. Hal yang bisa dilakukan adalah deklarasi pemiu damai.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tasikmalaya telah melaksanakan deklarasi pemilu damai pada 16 Agustus 2023 lalu. Acara tersebut dihadiri oleh para perwakilan partai peserta pemilu 2024, yang saat itu juga diminta untuk menandatangani komitmen agar pelaksanaan pemilu tahun depan berjalan dengan damai.

Deklarasi yang dilaksanakan di Hotel Grand Metro Kota Tasikmalaya tersebut juga diikuti oleh perwakilan dari Kepolisian, TNI dan juga perwakilan masyarakat. Ade Zainul Mutaqin selaku Ketua KPU Kota Tasikmalaya mengatakan, pelaksanaan pemilu memiliki potensi konflik tidak hanya antarpeserta pemilu, tetapi juga bisa terjadi di kalangan masyarakat.

Hal tersebutlah yang mendasari KPU Kota Tasikmalaya untuk menggelar deklarasi guna memperkuat komitmen menjaga pemilu damai agar pelaksanaan pemilu yang aman, kondusif dan damai dapat terwujud.

Ade mengatakan, salah satu poin yang menjadi komitmen untuk menjaga pelaksanaan pemilu tetap damai adalah kesepakatan dari semua pihak untuk menghindari politisasi SARA atau politik identitas. Dirinya juga berharap agar semua pihak diminta untuk tetap menghargai perbedaan yang ada selama pelaksanaan pemilu. Selain itu, pihak terkait juga bersepakat untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada melalui koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah memberikan apresiasi terkait dengan pelaksanaan deklarasi pemilu damai yang digelar oleh KPU. Dirinya berujar agar semua elemen siap memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pemilu yang damai, dengan menghormati hak dan perbedaan. Di sisi lain masyarakat juga di minta untuk menghindari hoax dan black campaign.
Meski berbeda pilihan, masyarakat harus bisa meyakini bahwa siapapun yang akan menjadi calon pemimpin nanti merupakan putra terbaik bangsa yang rela untuk negara maupun daerah, oleh karena itu sudah sepatutnya masyarakat saling menyerang.
Mahfud MD selaku Menko Polhukam juga mengajak masyarakat untuk menyambut Pemilu 2024 dengan damai. Tidak hanya damai, pemilu 2024 juga harus berjalan lancar dan berintegritas. Untuk menuju pemilu yang damai tentu harus terlebih dahulu memiliki kepekaan serta sigap untuk mengatasi berbagai indikasi kerawanan dalam penyelenggaraan pemilu, yang nantinya bisa mengganggu jalannya tahapan pemilu.
Di era serba digital ini, banyak narasi yang muncul di media sosial di mana narasi tersebut terkadang bermuatan hal negatif yang ditujukan kepada peserta pemilu. Hal inilah yang patut diwaspadai oleh masyarakat, jangan sampai hanya gara-gara postingan di sosial media, kegaduhan-pun terjadi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, tentu saja budaya literasi menjadi hal penting bagi masyarakat dalam menerima berbagai informasi dari berbagai platform. Jangan sampai akun media sosial dengan mudahnya membagikan informasi yang belum jelas kebenarannya.
Pada kesempatan berbeda, jelang pemilu 2024, Pemprov Jabar menggelar deklarasi damai di Plaza Gedung Sate Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Digelar pula kegiatan Napak Jagat Pasundan Bhayangkara Ngajaga Lembur.
Acara yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil tersebut, juga diisi dengan deklarasi damai dan penandatanganan deklarasi pemilu damai 2024 oleh perwakilan parpol, Gubernur Jabar, Kapolda Jabar dan para undangan yang hadir.
Dalam kesempatan tersebut, Ridwan Kamil juga mengatakan, bahwa pemilu 2024 akan berlangsung sebentar lagi. Setiap partai politik diajak untuk bersama-sama saling menjaga, menghormati dan mengamankan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Jawa Barat. Oleh karena itulah Pemprov Jawa Barat menggandeng TNI-Polri agar Wilayah Jawa Barat tetap aman dan kondusif.
Dirinya juga mengatakan, bahwa setiap 5 tahun sekali pelaksanaan pemilu, Jawa Barat selalu aman, damai dan kondusif. Karena itu, Pemprov Jawa Barat mengucapkan terima kasih kepada KPU dan Bawaslu Jawa Barat yang selalu menjaga kondusivitas di tengah masyarakat.
Sementara itu Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin mengatakan, pengalaman mengajarkan momen pelaksanaan pemilu yang merupakan saat di mana persatuan bangsa diuji. Masyarakat juga berpotensi terpolarisasi akibat panasnya tensi politik. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan langkah agar pelaksanaan pemilu tahun 2024 mendatang tidak menimbukan ketegangan dan berpotensi terjadinya konflik di masyarakat. Menurutnya, salah satu contoh polarisasi yang terjadi saat pemilu sebelumnya adalah sebagian pendukung yang saling menjatuhkan dengan isu politik identitas.
Perbedaan pilihan merupakan hal yang wajar, strategi pemenangan seperti mengedepankan rasa persatuan nasional agar masyarakat. Politik Identitas harus benar-benar lenyap di Indonesia, karena hal tersebut justru merugikan banyak pihak, tak terkecuali masyarakat umum. Sehingga penguatan literasi tentang politik perlu disosialisasikan kepada masyarakat demi terwujudnya pemilu yang berintegritas.

)* Penulis adalah Kontributor Jeka Media Institute

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Deprecated: Berkas Tema tanpa comments.php tidak digunakan lagi sejak versi 3.0.0 dan tidak tersedia penggantinya. Harap sertakan templat comments.php dalam tema Anda. in /home/u7685445/public_html/katapapua.com/wp-includes/functions.php on line 6085

Komentar ditutup.

Most Popular

Categories

Related Post

Uncategorized
Mengecam Kelicikan KST Papua Jadikan Masyarakat Papua Tameng Hidup Oleh : Clara Anastasya Wompere Kelompok separatis dan teroris (KST) di Papua merupakan gerombolan kriminal dan pengacau yang sangat licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka dengan sangat tegas menggunakan warga yang merupakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk menjadi tameng hidup pada saat terjadinya baku tembak dengan pihak aparat keamanan dari personel gabungan ketika mereka sedang terpojok. Satuan Tugas (Satgas) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti terlibat baku tembak dengan gerombolan separatis tersebut, yang mana juga termasuk ke dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat. Dalam baku tembak itu, sebanyak ratusan warga setempat berhasil dievakuasi oleh aparat keamanan untuk bisa menghindarkan mereka dari adanya upaya ataupun potensi akan intimidasi dari kelompok separatis. Seluruh warga telah dievakuasi ke tempat yang aman agar bisa menghindarkan mereka dari KST Papua. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Andika Ganesha Sakti yang memimpin langsung Satgas tersebut berhasil menggagalkan upaya pengibaran bendera Bintang Kejora yang hendak dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris dari Organisasi Papua Merdeka itu di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah. Diketahui bahwa aksi pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati Hari Manifesto Politik Papua Merdeka pada tanggal 1 Desember. Sempat terjadi baku tembak antara gerombolan separatis itu dengan pihak aparat keamanan dari Satgas TNI. Baku tembak tersebut terjadi saat aparat keamanan hendak berupaya untuk menggagalkan rencana pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh kelompok penentang ideologi negara itu. Mereka semua bahkan sempat sangat terdesak karena adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan. Akan tetapi, tatkala sedang terdesak, alih-alih menyerahkan diri, justru KST Papua melakukan cara licik lainnya, yakni melakukan intimidasi kepada warga setempat untuk menjadikan mereka sebagai tameng hidup pada saat baku tembak tersebut terjadi. Sontak, mengetahui adanya kelicikan yang dilakukan oleh gerombolan teroris dari Bumi Cenderawasih itu, aparat keamanan pun langsung bergerak dengan cepat dan dengan sangat hati-hati untuk melakukan penyelamatan kepada para penduduk kampung demi bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dari masyarakat sipil. Pergerakan tempur yang dilakukan oleh pihak Satgas TNI sendiri kemudian membuahkan hasil yang sangat optimal, yakni aparat keamanan pada akhirnya berhasil memukul mundur KST Papua dan membuat mereka semua langsung melarikan diri masuk ke arah hutan dan perbukitan. Tentu saja upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan pihak Satgas TNI langsung mengerahkan sejumlah drone untuk melakukan pemantauan dari udara mengenai pergerakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut. Dari hasil pantauan yang dilakukan melalui drone di udara, ternyata diketahui bahwa KST Papua yang melakukan penyerangan dan sempat melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan bahkan hingga menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup itu berjumlah sekitar delapan orang yang merupakan pimpinan dari Manfred Fatem. Mereka semua juga terlihat membawa beberapa pucuk senjata api. Terkait hasil pemantauan dan juga penyelidikan yang langsung dilakukan oleh aparat keamanan setelah sempat terjadinya kontak tembak hingga membuat KST Papua terpojok dan melarikan diri itu, Letkol Infanteri Andika Ganesha Sakti kemudian menuturkan bahwa ditemukan rencana dari pihak gerombolan teroris tersebut selain melakukan pengibaran akan bendera Bintang Kejora, namun mereka juga hendak menyusun rencana untuk melakukan penyerangan kepada aparat keamanan serta melakukan aksi teror yang dapat mengganggu kenyamanan serta kedamaian dari masyarakat setempat. Meski begitu, namun untuk saat ini, situasi akan keamanan dan kondusifitas di Kampung Ayata sendiri sudah secara sepenuhnya dikuasai oleh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana seluruh aparat keamanan itu jelas akan tetap terus hadir bagi masyarakat untuk bisa memberikan rasa aman kepada warga setempat di Bumi Cenderawasih. Guna bisa memastikan upaya memberikan kenyamanan dan mendatangkan keamanan bagi masyarakat setempat di Papua hingga mereka semua bisa merasa aman, aparat TNI dari Satgas Yonif 133 Yudha Sakti juga memberikan bantuan logistik berupa makanan dan juga dukungan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi sebanyak ratusan penduduk. Lebih lanjut, pihak pasukan aparat keamanan juga sampai saat ini masih terus berupaya untuk melakukan pemburuan kepada para pelaku dari kelompok separatis dan teroris Papua itu serta membuat parameter akan pengamanan di sekitar wilayah perkampungan agar tidak sampai disusupi lagi oleh KST pimpinan Manfred Fatem. Sebenarnya gerombolan teroris dari KST Papua tersebut sama sekali tidak berdaya, pasalnya mereka hanya bisa melancarkan aksi yang sangat licik ketika sedang terpojok dalam baku tembak melawan aparat keamanan Republik Indonesia. Mereka dengan sangat tega bahkan menggunakan warga sipil yang tidak berdosa sebagai tameng hidup. )* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakart
On Key

Related Posts