Citra Batik Papua Tembus Pasar Manca Negara

Citra Batik Papua mitra binaan Pertamina Regional Papua dan Maluku menonjolkan budaya lewat batik Papua.

Pemilik usaha Citra Batik Papua, Kristina Ifaryani mengatakan ia memulai usahanya sejak tahun 1993.

“Saat itu hanya menjualkan batik produk saudara dengan keuntungan 5 %. Setelah modal terkumpul, akhirnya tahun 1997 mulai membuka usaha sendiri,” jelasnya.

Wanita yang akrab disapa Yani ini memusatkan produksi batiknya di Pekalongan, Jawa Tengah daerah asalnya. Namun, untuk proses desain dan pemasaran seluruhnya dipusatkan di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Di sana, Yani sudah memilik dua toko dengan nama Citra Batik Jayapura.

Beda Motifnya

Lalu, apa yang membedakan batik Papua dengan batik dari daerah lain? Yani menjelaskan, perbedaan utama terletak dari motifnya.

Beda dengan batik dari daerah lain, batik Papua banyak didominasi motif-motif burung Cenderawasih dan Honai atau  rumah adat suku Pegunungan Tengah Papua.

Tak ketinggalan juga motif dengan gambar alat musik khas Papua, Tifa sejenis gendang dan binatang seperti kadal dan buaya.

Meski bukan asli orang Papua, Yani melihat peluangnya sangat besar, karena pemainnya masih sedikit. Selama mengibarkan batik Papua, Yani banyak membidik konsumen kelas menengah atas dan pasar manca negara. “Di pasar luar negeri banyak yang mencari batik Papua,” katanya.

Kebanyakan konsumen mencari batik ini untuk menambah koleksi kain tradisional khas Indonesia.

Yani fokus memproduksi batik tulis dan batik cap. Selain dalam bentuk lembaran kain, ia juga memproduksi batik menjadi pakaian jadi, seperti kemeja, dress, rok, dan kain pantai.

Kapasitas produksi per bulan biasanya 500 pieces pakaian jadi dan lebih dari 10 kain batik tulis ukuran dua meter. Harganya dibanderol mulai Rp 250.000 hingga Rp 2 juta per helai. Dalam sebulan, Yanti bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta.