Implementasi Pertanian Presisi Berbasis Data Tingkatkan Hasil dan Percepat Swasembada Pangan
Oleh: R. Sufyan
Transformasi pertanian Indonesia tengah memasuki babak baru dengan penerapan teknologi berbasis data yang mengubah paradigma produksi pangan nasional. Pertanian presisi atau precision farming kini menjadi strategi utama dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan sektor pangan, sekaligus mempercepat terwujudnya swasembada yang dicanangkan pemerintah. Pendekatan ini memungkinkan petani mengelola lahan dengan akurasi tinggi melalui sensor, drone, dan sistem analisis data real-time yang memantau kebutuhan spesifik tanaman, mulai dari pemupukan hingga irigasi.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi, menilai pertanian presisi merupakan jawaban atas tantangan perubahan iklim, degradasi lahan, dan inefisiensi penggunaan pupuk serta air yang selama ini menghambat peningkatan hasil panen. Melalui riset yang dilakukan di 46 titik demplot di 12 provinsi dengan total luas lahan 8.265 hektare, sistem ini terbukti mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk hingga 30 persen, penghematan air sebesar 37 persen, dan produktivitas rata-rata naik 13,5 persen sepanjang 2024. Salah satu hasil paling menonjol terlihat di Subang, Jawa Barat, di mana hasil panen padi meningkat hampir 10 persen berkat integrasi teknologi sensor dan pemantauan digital.
Pupuk Indonesia mengembangkan dua inisiatif unggulan untuk memperkuat praktik pertanian presisi, yakni program Agrosolution dan teknologi PreciX. Agrosolution berfokus pada pembinaan petani melalui pendekatan hulu-hilir, mulai dari akses pupuk, pembiayaan, hingga pemasaran hasil, sedangkan PreciX menjadi platform berbasis data yang mengintegrasikan pengelolaan unsur hara dan kelembapan tanah. Keduanya tidak hanya menekan pemborosan input pertanian, tetapi juga mengubah cara petani memahami kebutuhan lahannya. Transformasi ini menunjukkan bahwa pertanian modern bukan semata soal mekanisasi, melainkan sistem yang cerdas, adaptif, dan berbasis data.
Pemerintah pun menaruh perhatian serius terhadap penguatan sektor pertanian berbasis inovasi. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kemandirian pangan merupakan pijakan bagi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi global. Ia menilai sektor pertanian memiliki potensi luar biasa untuk menopang pertumbuhan ekonomi, dengan catatan seluruh rantai produksi berjalan efisien dan terkoordinasi. Karena itu, Amran menekankan pentingnya peran penyuluh sebagai garda terdepan dalam mengawal implementasi kebijakan di lapangan, termasuk dalam memastikan distribusi pupuk, alat mesin pertanian, serta sarana produksi agar tepat waktu dan tepat sasaran.
Langkah tegas pemerintah dalam memberantas praktik penyimpangan pupuk dan memperkuat rantai pasok menunjukkan arah yang jelas: pertanian Indonesia harus bersih, produktif, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dampaknya mulai terasa nyata di berbagai daerah. Harga pupuk bersubsidi turun hingga 20 persen, sementara harga gabah meningkat menjadi Rp6.500 per kilogram. Situasi ini mendorong petani untuk menanam lebih sering dan meningkatkan indeks pertanaman hingga dua sampai tiga kali setahun. Kebijakan tersebut menandai sinergi antara regulasi pemerintah dan inovasi korporasi dalam mempercepat pencapaian swasembada pangan.
Sebagai bagian dari upaya memperluas ekosistem inovasi, Pupuk Indonesia juga meluncurkan FertInnovation Challenge 2025 bersama Indonesia Agrichemical Research Institute (IARI). Kompetisi ini menjadi wadah bagi peneliti, startup, dan profesional muda untuk menghadirkan ide-ide baru dalam empat kategori strategis: Precision Agriculture & Digital Farming, Climate-Resilient & Sustainable Fertilizer, AI-Driven Agri Supply Chain, serta Process & Plant Engineering. Program yang berlangsung sejak 6 Oktober hingga 20 November 2025 ini bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan gerakan nasional yang menumbuhkan budaya riset dan kolaborasi lintas sektor. Ide terbaik nantinya akan diinkubasi dalam lingkungan Pupuk Indonesia Group hingga siap dikomersialisasikan.
Sejak pertama kali digelar pada 2021, FertInnovation Challenge telah menjaring lebih dari 1.300 ide inovasi dan menggandeng 37 institusi mitra. Melalui langkah ini, Pupuk Indonesia membuktikan bahwa keberlanjutan inovasi bukan hanya tanggung jawab korporasi, tetapi juga gerakan bersama seluruh elemen bangsa. Kolaborasi antara industri, akademisi, dan generasi muda menjadi motor penting dalam membangun sistem pertanian nasional yang efisien, ramah lingkungan, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Ke depan, integrasi data, riset, dan kebijakan publik akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berdaulat. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, Internet of Things, serta analisis prediktif terhadap cuaca dan tanah, petani Indonesia dapat mengoptimalkan setiap hektare lahan dengan hasil maksimal dan risiko minimal. Ini bukan lagi visi jangka panjang, melainkan realitas yang tengah diwujudkan melalui kerja sama konkret antara pemerintah, korporasi, dan masyarakat tani.
Melalui implementasi pertanian presisi berbasis data, Indonesia tidak hanya bergerak menuju swasembada pangan, tetapi juga menegaskan diri sebagai negara agraris yang berdaulat teknologi. Di tangan petani yang terlatih, penyuluh yang tangguh, serta dukungan riset dan inovasi berkelanjutan, cita-cita menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia kian mendekati kenyataan.
*) Pengamat Kebijakan Pertanian dan Ketahanan Pangan Nasional







