Kata Papua

Kecam Keras Aksi Keji KST Papua Lukai Rakyat Sipil - Kata Papua

Kecam Keras Aksi Keji KST Papua Lukai Rakyat Sipil

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Kecam Keras Aksi Keji KST Papua Lukai Rakyat Sipil

Oleh : Saby Kossay

Banyak pihak mengecam dengan sangat keras sederet aksi kekejian yang terus saja dilakukan oleh KST Papua, yang mana belakangan ini presentasenya terus saja mengalami peningkatan. Aparat keamanan didorong untuk bisa segera menumpas mereka dan menindak tegas.

Diketahui bahwa pada tanggal 7 Februari 2023 lalu, Pesawat dari Maskapai Susi Air dengan nomor penerbangan SI 9368 dibakar oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua di Nduga, Papua. aksi brutal yang dilakukan oleh KST Papua tersebut, yakni berupa penyerangan dan pembakaran berlangsung di Lapangan Terbang Paro.

Kemudian bukan hanya sekedar penyerangan dan pembakaran saja yang dilakukan oleh mereka, namun ternyata aksi keji berlangsung, yakni pihak KST Papua melakukan penyanderaan kepada Kapten Pilot bernama Phillips Max Mehrtens, yang mana merupakan pria berkebangsaan Selandia Baru.

Bahkan, sampai saat ini, sudah masuk sekitar 2 (dua) bulan, Kapten Pilot Susi Air itu masih belum juga dilepaskan oleh KST Papua. mengenai hal itu, Kapolda Papua, Irjen Mathius Fakhiri menyatakan bahwa berbagai cara memang sedang terus diupayakan olehnya agar pilot itu bisa dibebaskan dalam keadaan selamat dan sehat.

Upaya penyelamatan dan juga pencarian sang Kapten Pilot bahkan juga dilakukan oleh aparat keamanan dengan menggandeng dan melibatkan banyak pihak sekaligus, termasuk para tokoh masyarakat, khususnya di Kabupaten Nduga.
Irjen Mathius mengemukakan bahwa pihaknya terus menggunakan pendekatan yang persuasif yang berharap supaya bisa melakukan negoisasi dengan KST Papua untuk bisa melepaskan sandera, sehingga upaya penyelamatan bisa dilakukan dengan tanpa adanya gangguan yang berarti.
Pada kesempatan lain, ternyata KST Papua juga dalam waktu dekat ini kembali melakukan aksi yang sangat keji. Pasalnya, mereka menyerang seorang anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) hingga tewas setelah terlibat dalam kontak tembak di wilayah Nduga, Papua Pegunungan pada hari Senin, 3 April 2023 lalu.
Komandan Korem 172/PWY, Brigjen TNI J.O. Sembiring dalam keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa memang telah terjadi kontak tembak antara gerombolan KST dengan Prajurit Pos Yal Satgas Yonif R 321/GT/13/1 Kostrad, yang mana dari kontak tembak tersebut kemudian mengakibatkan 1 (satu) orang Prajurit TNI tertembak dan meninggal dunia, atas nama Pratu H.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menyampaikan bahwa berdasarkan data riset, memang presentase dari serangan dan aksi kekejian yang terus dilakukan oleh KST Papua ternyata mengalami peningkatan. Dirinya menyebutkan pada tahun 2021 menuju ke tahun 2022 saja telah ada peningkatan hingga 35 persen. Sehingga dirinya menegaskan bahwa tentunya hal itu harus bisa diselesaikan.
Menurut BNPT, persoalan gangguan keamanan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis dan Teroris (KST) itu akan menjadi gangguan keamanan nasional. Sementara tindakan kekerasan mereka lakukan sudah penuhi kriteria sebagai tindakan terorisme berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pemberantasan Tindak Terorisme.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Prof Hikmahanto Juwana, mengatakan, gangguan keamanan oleh KST Papua harus segera diatasi melalui langkah penegakan hukum. Dan penegakan hukum itu, menurut dia, harus menggunakan UU Terorisme.
Bagaimana tidak, pasalnya Rektor tersebut menilai bahwa memang KST Papua memiliki tujuan untuk bisa menciptakan suasana teror terhadap orang-orang secara meluas, karena itu para aparat keamanan harus bisa menggunakan UU Terorisme untuk menindak mereka.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora, Fahri Hamzah menyatakan, ada persoalan jarak naratif antara Jakarta dan Papua yang harus diselesaikan. Dia menyampaikan, pemerintah dan elemen lainnya tak pernah tinggal diam untuk menyelesaikan hal itu. Karena KST Papua memang berbasiskan ideologi nasionalisme yang sepihak, maka memang harus segera dituntaskan.
Dengan banyaknya aksi kekejian yang bahkan terus mengalami peningkatan tersebut, para tokoh masyarakat Papua sendiri mengecam dengan sangat keras KST Papua. Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Mimika, Lucky Mahaneka, sangat menyayangkan terjadinya peristiwa tak mengenakan itu.
Maka dari itu, menurut Lucky bahwa memang seluruh aparat keamanan yang terdiri dari personel gabungan TNI dan Polri harus mampu hadir dan menumpas mereka. Dirinya juga mengajak kepada pemerintah setempat beserta para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk ikut membangun komunikasi dengan pihak KST Papua dengan menggunakan pendekatan yang persuasif.
Tidak henti-hentinya aksi keji terus saja dilakukan oleh KST Papua bahkan terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Maka dari itu, banyak sekali pihak yang mengecek keras berbagai macam aksi keji yang dilakukan oleh mereka dan mendorong supaya para aparat keamanan bisa segera menindak dengan tegas.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Most Popular

Categories

Related Post

Uncategorized
Mengecam Kelicikan KST Papua Jadikan Masyarakat Papua Tameng Hidup Oleh : Clara Anastasya Wompere Kelompok separatis dan teroris (KST) di Papua merupakan gerombolan kriminal dan pengacau yang sangat licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka dengan sangat tegas menggunakan warga yang merupakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk menjadi tameng hidup pada saat terjadinya baku tembak dengan pihak aparat keamanan dari personel gabungan ketika mereka sedang terpojok. Satuan Tugas (Satgas) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti terlibat baku tembak dengan gerombolan separatis tersebut, yang mana juga termasuk ke dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat. Dalam baku tembak itu, sebanyak ratusan warga setempat berhasil dievakuasi oleh aparat keamanan untuk bisa menghindarkan mereka dari adanya upaya ataupun potensi akan intimidasi dari kelompok separatis. Seluruh warga telah dievakuasi ke tempat yang aman agar bisa menghindarkan mereka dari KST Papua. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Andika Ganesha Sakti yang memimpin langsung Satgas tersebut berhasil menggagalkan upaya pengibaran bendera Bintang Kejora yang hendak dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris dari Organisasi Papua Merdeka itu di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah. Diketahui bahwa aksi pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati Hari Manifesto Politik Papua Merdeka pada tanggal 1 Desember. Sempat terjadi baku tembak antara gerombolan separatis itu dengan pihak aparat keamanan dari Satgas TNI. Baku tembak tersebut terjadi saat aparat keamanan hendak berupaya untuk menggagalkan rencana pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh kelompok penentang ideologi negara itu. Mereka semua bahkan sempat sangat terdesak karena adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan. Akan tetapi, tatkala sedang terdesak, alih-alih menyerahkan diri, justru KST Papua melakukan cara licik lainnya, yakni melakukan intimidasi kepada warga setempat untuk menjadikan mereka sebagai tameng hidup pada saat baku tembak tersebut terjadi. Sontak, mengetahui adanya kelicikan yang dilakukan oleh gerombolan teroris dari Bumi Cenderawasih itu, aparat keamanan pun langsung bergerak dengan cepat dan dengan sangat hati-hati untuk melakukan penyelamatan kepada para penduduk kampung demi bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dari masyarakat sipil. Pergerakan tempur yang dilakukan oleh pihak Satgas TNI sendiri kemudian membuahkan hasil yang sangat optimal, yakni aparat keamanan pada akhirnya berhasil memukul mundur KST Papua dan membuat mereka semua langsung melarikan diri masuk ke arah hutan dan perbukitan. Tentu saja upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan pihak Satgas TNI langsung mengerahkan sejumlah drone untuk melakukan pemantauan dari udara mengenai pergerakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut. Dari hasil pantauan yang dilakukan melalui drone di udara, ternyata diketahui bahwa KST Papua yang melakukan penyerangan dan sempat melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan bahkan hingga menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup itu berjumlah sekitar delapan orang yang merupakan pimpinan dari Manfred Fatem. Mereka semua juga terlihat membawa beberapa pucuk senjata api. Terkait hasil pemantauan dan juga penyelidikan yang langsung dilakukan oleh aparat keamanan setelah sempat terjadinya kontak tembak hingga membuat KST Papua terpojok dan melarikan diri itu, Letkol Infanteri Andika Ganesha Sakti kemudian menuturkan bahwa ditemukan rencana dari pihak gerombolan teroris tersebut selain melakukan pengibaran akan bendera Bintang Kejora, namun mereka juga hendak menyusun rencana untuk melakukan penyerangan kepada aparat keamanan serta melakukan aksi teror yang dapat mengganggu kenyamanan serta kedamaian dari masyarakat setempat. Meski begitu, namun untuk saat ini, situasi akan keamanan dan kondusifitas di Kampung Ayata sendiri sudah secara sepenuhnya dikuasai oleh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana seluruh aparat keamanan itu jelas akan tetap terus hadir bagi masyarakat untuk bisa memberikan rasa aman kepada warga setempat di Bumi Cenderawasih. Guna bisa memastikan upaya memberikan kenyamanan dan mendatangkan keamanan bagi masyarakat setempat di Papua hingga mereka semua bisa merasa aman, aparat TNI dari Satgas Yonif 133 Yudha Sakti juga memberikan bantuan logistik berupa makanan dan juga dukungan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi sebanyak ratusan penduduk. Lebih lanjut, pihak pasukan aparat keamanan juga sampai saat ini masih terus berupaya untuk melakukan pemburuan kepada para pelaku dari kelompok separatis dan teroris Papua itu serta membuat parameter akan pengamanan di sekitar wilayah perkampungan agar tidak sampai disusupi lagi oleh KST pimpinan Manfred Fatem. Sebenarnya gerombolan teroris dari KST Papua tersebut sama sekali tidak berdaya, pasalnya mereka hanya bisa melancarkan aksi yang sangat licik ketika sedang terpojok dalam baku tembak melawan aparat keamanan Republik Indonesia. Mereka dengan sangat tega bahkan menggunakan warga sipil yang tidak berdosa sebagai tameng hidup. )* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakart
On Key

Related Posts