Komitmen G20 Atasi Krisis Ekonomi Global
Oleh : Putri Ganeswari )*
Komitmen para anggota G20 dalam upaya mengatasi krisis ekonomi global sangatlah tinggi. Segala langkah terus dioptimalkan agar pemulihan perekonomian dunia benar-benar bisa segera tercapai secara bersama-sama tanpa ada pihak yang tertinggal.
Semangat besar dalam gelaran KTT G20 yang dipimpin oleh Indonesia pada tahun ini adalah ‘Recover Together, Recovery Stronger’, yang mana berarti sangat mengedepankan prinsip kebersamaan dan gotong royong dalam menghadapi dan mencarikan solusi atas semua permasalahan dunia.
Apalagi belakangan memang dunia sedang dilanda dengan potensi krisis ekonomi yang merupakan imbas panjang dari pandemi COVID-19 hingga konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang belakangan terjadi. Maka tentunya negara-negara anggota G20 harus memiliki cara dan memikirkan bagaimana solusi mengatasi semua persoalan mengenai krisis ekonomi global.
Salah satunya adalah didorongnya sinergitas yang inklusif bahkan diantara negara maju dan juga negara berkembang agar bisa saling membantu di tengah kondisi yang serba sulit seperti sekarang ini. Karena memang tidak akan mungkin ada sebuah negara yang bisa bertahan sendiriran di tengah gempuran permasalahan global.
Mengenai hal tersebut, juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda menyatakan bahwa seluruh anggota G20 telah berkomitmen untuk bisa memecahkan segala macam tantangan ekonomi global. Pasalnya memang dengan kondisi ekonomi yang sangat kompleks sekarang ini, sama sekali tidak akan memungkinkan apabila negara-negara hanya mengandalkan satu instrumen kebijakan saja hanya dari satu perspektif.
Untuk itu, menurutnya memang sangatlah diperlukan adanya keseimbangan antara pemulihan ekonomi dan juga upaya untuk terus menjaga stabilitas, termasuk bagaimana caranya mengurangi efek pandemi COVID-19. Salah satu rangkaian acara G20, yakni Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 bahkan telah membahas sebanyak enam agenda utama.
Agenda pertama yang dibahas adalah mengenai ekonomi global, yang mana seluruh anggota G20 telah bersepakat bahwa tekanan pada harga pupuk, pangan serta energi sampai saat ini masih terus terjadi. Dengan adanya tekanan harga tersebut, sontak juga akan terus memperburuk tekanan inflasi dan akhirnya bukan tidak mungkin akan menginisiasi adanya peningkatan risiko krisis pangan dan energi.
Untuk menghadapi segala macam tantangan hingga ancaman buruk, yakni krisis pangan dan energi tersebut, akhirnya seluruh anggota G20 berkomitmen untuk menyusun kebijakan yang terkalibrasi, terencana dan akan terus dikomunikasikan dengan baik untuk bisa mendukung pemulihan yang berkelanjutan termasuk mengurangi efek luka pandemi.
Penguatan komitmen yang dilakukan tersebut juga demi mendukung percepatan pemulihan ekonomi dan juga pertumbuhan ekonomi global agar semakin kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif. Sementara itu, untuk agenda kedua yang dibahas juga dalam pertemuan keempat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 adalah mengenai arsitektur keuangan internasional.
Seluruh anggota G20 telah bersepakat untuk memperkuat komitmen dalam memastikan ketahanan keuangan global bahkan dalam jangka yang panjang, termasuk juga melakukan alokasi pendanaan untuk mendukung negara yang paling rentan supaya bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat, sehingga terus didorong bagaimana peran dari negara maju untuk membantu negara berkembang.
Mengenai regulasi sektor keuangan sendiri, anggota G20 telah berkomitmen dalam pengaturan dan pengawasan keuangan, utamanya adalah untuk menghadapi perkembangan sistem keuangan yang berbasis teknologi dan digitalisasi. Pasalnya di jaman sekarang ini memang sudah sangat lumrah, banyak aktivitas keuangan dilakukan secara digital. Salah satu hal yang disorot adalah seperti pada stablecoins serta aktivitas dan pasar aset kripto.
Hasil kerja sama global yang telah tercipta dalam Presidensi G20 Indonesia juga terus didukung oleh para anggota lainnya, yakni terkait digitalisasi keuangan yang inklusif, khususnya untuk usaha mikro, kecil dan menengah dan kelompok rentan, yaitu perempuan dan anak muda. Aksi itu diyakini bisa mengurangi dampak risiko resesi melalui kolaborasi yang kuat antarnegara.
Maka dari itu, melalui Bank Indonesia, bahkan UMKM Indonesia terus didorong dan didukung supaya bisa tampil dan menunjukkan dirinya di depan mata dunia. Terbukti dari banyaknya penampilan UMKM Indonesia pada beberapa event internasional selama rangkaian gelaran G20 ini.
Tidak lupa pula, hal-hal yang berkaitan dengan keuangan berkelanjutan pun dibahas dan telah dibentuk komitmennya oleh para anggota G20, yang mana mereka menyepakati dan juga mendukung laporan keuangan berkelanjutan. Agenda prioritas dalam hal ini yaitu pengembangan kerangka pendanaan untuk transisi dan peningkatan kredibilitas komitmen net zero lembaga keuangan, peningkatan instrumen keuangan berkelanjutan yang berfokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan, termasuk juga adanya diskusi kebijakan publik untuk mendukung transisi tersebut.
Untuk bisa mengatasi seluruh ancaman krisis perekonomian dunia, memang sangatlah diperlukan dorongan dan upaya kerja sama antar negara, khususnya para anggota G20. Maka dari itu semuanya telah memiliki beberapa komitmen sangat kuat demi segera mewujudkan pemulihan ekonomi global secara bersama-sama tanpa ada satu pihak pun yang tertinggal karena integritas dan inklusifitas terus berupaya dijaga.
)* Penulis adalah kontributor ruang Baca Nusantara