Kunjungan Kerja Presiden Prabowo Tingkatkan Hubungan Politik dan Ekonomi dengan Thailand
Oleh: Fitra Ridwan
Kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke Thailand bukan sekadar perjalanan seremonial di awal masa kepemimpinannya, melainkan sebuah langkah strategis yang mencerminkan arah kebijakan luar negeri Indonesia ke depan: aktif, terbuka, dan menjalin kemitraan erat dengan negara-negara sahabat, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Thailand dan Indonesia memiliki sejarah panjang dalam hubungan diplomatik, yang tahun ini genap berusia 75 tahun. Momentum ini dimanfaatkan secara optimal oleh kedua negara untuk menegaskan kembali komitmen terhadap kerja sama yang lebih erat, tidak hanya di bidang politik, tetapi juga ekonomi, pertahanan, hingga penanganan isu-isu global seperti perdagangan manusia dan kejahatan lintas negara.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, mengungkapkan bahwa agenda kunjungan resmi Presiden Prabowo di Thailand terdiri dari serangkaian kegiatan penting yang dirancang untuk memperkuat hubungan bilateral di berbagai bidang strategis. Menurut Yusuf, pertemuan ini tidak hanya menjadi simbol eratnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Thailand, tetapi juga mencerminkan penghormatan tinggi dari Kerajaan Thailand terhadap kepemimpinan Indonesia.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra, tercermin kehangatan diplomatik yang langka. PM Paetongtarn dengan jelas menyebut kunjungan Prabowo sebagai penegasan hubungan pertemanan yang dekat, sekaligus bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Pernyataan ini sarat makna: bahwa Indonesia dianggap sebagai mitra strategis yang sangat penting di kawasan.
Lebih dari sekadar pernyataan simbolis, kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan intensitas konsultasi dan kunjungan tingkat tinggi secara berkala, serta memanfaatkan berbagai mekanisme bilateral yang telah ada. Hal ini merupakan sinyal positif bagi dunia usaha dan para pemangku kepentingan di kedua negara. Tidak hanya hubungan antarnegara yang diperkuat, tetapi juga kerja sama konkret yang menyentuh aspek praktis, mulai dari perdagangan, investasi, industri pertahanan, hingga isu-isu sosial seperti pemberantasan perdagangan manusia dan perjudian ilegal.
Dalam sektor ekonomi, kesepakatan untuk meningkatkan nilai perdagangan bilateral, investasi, dan pariwisata menjadi poin utama. Dengan nilai perdagangan mencapai US$18 miliar pada tahun 2024, masih terbuka banyak peluang untuk pertumbuhan lebih lanjut. Indonesia dan Thailand merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan sinergi keduanya bisa menjadi pilar penting dalam mengatasi tantangan ekonomi global yang tengah berlangsung.
PM Paetongtarn secara lugas menyatakan bahwa para pejabat tinggi kedua negara telah diminta untuk menyusun aksi kemitraan yang menghasilkan dampak konkret. Ini menandakan bahwa kerja sama tidak akan berhenti pada tataran wacana, tetapi akan ditindaklanjuti dalam bentuk program nyata. Termasuk di antaranya peningkatan kolaborasi industri pertahanan, suatu sektor yang kini menjadi perhatian besar di kawasan menyusul dinamika geopolitik global yang terus berubah.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia-Thailand, Hardy Chandra, menyambut baik kunjungan ini sebagai momentum strategis. Ia menilai, di tengah ketidakpastian perekonomian global, memperkuat kemitraan perdagangan dan investasi adalah langkah yang sangat relevan. Hardy melihat bahwa kunjungan Presiden Prabowo akan membuka jalan bagi peningkatan kerja sama sektor swasta, termasuk potensi joint venture, ekspansi usaha, dan integrasi rantai pasok regional.
Kita pun tidak dapat mengabaikan aspek pariwisata, yang menjadi sektor andalan kedua negara. Dengan semakin terbukanya jalur penerbangan langsung dan kemudahan regulasi, kerja sama pariwisata antara Indonesia dan Thailand diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor jasa dan ekonomi kreatif.
Dari sudut pandang politik luar negeri, kunjungan ini menjadi pernyataan awal yang kuat dari Presiden Prabowo bahwa Indonesia akan tetap memainkan peran sentral di kawasan Asia Tenggara. Dengan tetap menjunjung tinggi prinsip non-blok dan kemandirian, Indonesia berkomitmen mempererat kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara sahabat. Pendekatan ini sejalan dengan semangat ASEAN, yakni kolaborasi tanpa dominasi.
Selain itu, pertemuan ini juga memiliki implikasi yang luas terhadap stabilitas kawasan. Dalam kondisi global yang serba tidak pasti, baik karena konflik geopolitik, perubahan iklim, maupun tantangan ekonomi, solidaritas regional menjadi kunci. Hubungan erat Indonesia dan Thailand dapat menjadi jangkar stabilitas ASEAN, sekaligus menjadi contoh nyata bagaimana diplomasi bilateral dapat memberikan manfaat strategis bagi rakyat kedua negara.
Akhirnya, penting bagi kita sebagai warga negara untuk mendukung langkah-langkah strategis Presiden Prabowo dalam menjaga dan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara sahabat. Diplomasi bukan hanya urusan para pemimpin, tetapi juga mencerminkan kepentingan nasional jangka panjang yang akan menentukan posisi Indonesia di dunia. Dukungan publik menjadi elemen penting agar arah kebijakan luar negeri pemerintah berjalan efektif dan berkelanjutan.
Kunjungan ke Thailand hanyalah permulaan. Dengan kepemimpinan yang tegas dan visi yang jelas, kita berharap Presiden Prabowo akan terus memperluas jejaring diplomasi Indonesia sehingga membuka lebih banyak peluang kerja sama, memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional, dan pada akhirnya menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
(* Penulis merupakan pemerhati politik dari Query Institute