Kata Papua

Langkah Strategis 100 Hari Prabowo-Gibran: Pemberantasan Korupsi Prioritas Utama - Kata Papua

Langkah Strategis 100 Hari Prabowo-Gibran: Pemberantasan Korupsi Prioritas Utama

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Langkah Strategis 100 Hari Prabowo-Gibran: Pemberantasan Korupsi Prioritas Utama

Pemerintahan Prabowo-Gibran menunjukkan langkah nyata dalam memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia. Dalam 100 hari pertamanya, sejumlah program strategis telah diluncurkan untuk memastikan KPK berfungsi secara optimal dan independen.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa pemberantasan korupsi adalah agenda utama pemerintahannya.

“KPK adalah garda terdepan dalam upaya menciptakan Indonesia yang bebas korupsi. Pemerintah akan terus mendukung penguatan regulasi dan sumber daya untuk memastikan kinerjanya optimal,” ujar Prabowo.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan dukungannya terhadap KPK.

“KPK harus menjadi lembaga yang independen, efektif, dan berintegritas dalam pencegahan serta pemberantasan korupsi,” ungkapnya.

Haedar juga mengapresiasi langkah pemerintah. Ia menekankan pentingnya KPK terus didukung untuk menjaga moralitas dalam penegakan hukum.

“Penguatan KPK harus diarahkan agar institusi ini tetap adil, objektif, dan tanpa intervensi dari pihak manapun,” ujarnya.

Ketua KPK, Setyo Budiyanto, menyatakan kesiapan lembaganya untuk bersinergi dengan pemerintah dalam berbagai program pemberantasan korupsi, termasuk0 melalui edukasi antikorupsi di sektor publik dan swasta.

“Kami akan memastikan independensi KPK dan terus bekerja untuk menegakkan hukum secara tegas dan berintegritas,” katanya.

Langkah konkret lainnya terlihat dari pemerintah daerah, seperti Kabupaten ľPurworejo yang telah meluncurkan Monitoring Center for Prevention (MCP) 2025. Program ini dirancang untuk meningkatkan transparansi, memperkuat integritas, dan mencegah tindak pidana korupsi di wilayahnya.
Selain itu, langkah besar lainnya terlihat dari inisiatif KPK yang memperluas jangkauan program edukasi antikorupsi hingga ke pelosok daerah. Program ini melibatkan masyarakat sipil, akademisi, hingga pelaku usaha untuk memperkuat kesadaran publik dalam menolak segala bentuk korupsi.

Pemerintah juga mendorong penguatan tata kelola yang baik di sektor pemerintahan dan pelayanan publik agar tercipta birokrasi yang bersih dan efisien.

Pemerintah optimis bahwa sinergi seluruh elemen bangsa, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga masyarakat, dapat membawa perubahan signifikan dalam pemberantasan korupsi. Dalam 100 hari ini, program-program strategis tersebut menjadi bukti konkret keseriusan pemerintahan Prabowo-Gibran dalam menciptakan Indonesia yang bersih, adil, dan berintegritas.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Most Popular

Categories

Related Post

Uncategorized
Mengecam Kelicikan KST Papua Jadikan Masyarakat Papua Tameng Hidup Oleh : Clara Anastasya Wompere Kelompok separatis dan teroris (KST) di Papua merupakan gerombolan kriminal dan pengacau yang sangat licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka dengan sangat tegas menggunakan warga yang merupakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk menjadi tameng hidup pada saat terjadinya baku tembak dengan pihak aparat keamanan dari personel gabungan ketika mereka sedang terpojok. Satuan Tugas (Satgas) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti terlibat baku tembak dengan gerombolan separatis tersebut, yang mana juga termasuk ke dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat. Dalam baku tembak itu, sebanyak ratusan warga setempat berhasil dievakuasi oleh aparat keamanan untuk bisa menghindarkan mereka dari adanya upaya ataupun potensi akan intimidasi dari kelompok separatis. Seluruh warga telah dievakuasi ke tempat yang aman agar bisa menghindarkan mereka dari KST Papua. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Andika Ganesha Sakti yang memimpin langsung Satgas tersebut berhasil menggagalkan upaya pengibaran bendera Bintang Kejora yang hendak dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris dari Organisasi Papua Merdeka itu di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah. Diketahui bahwa aksi pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati Hari Manifesto Politik Papua Merdeka pada tanggal 1 Desember. Sempat terjadi baku tembak antara gerombolan separatis itu dengan pihak aparat keamanan dari Satgas TNI. Baku tembak tersebut terjadi saat aparat keamanan hendak berupaya untuk menggagalkan rencana pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh kelompok penentang ideologi negara itu. Mereka semua bahkan sempat sangat terdesak karena adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan. Akan tetapi, tatkala sedang terdesak, alih-alih menyerahkan diri, justru KST Papua melakukan cara licik lainnya, yakni melakukan intimidasi kepada warga setempat untuk menjadikan mereka sebagai tameng hidup pada saat baku tembak tersebut terjadi. Sontak, mengetahui adanya kelicikan yang dilakukan oleh gerombolan teroris dari Bumi Cenderawasih itu, aparat keamanan pun langsung bergerak dengan cepat dan dengan sangat hati-hati untuk melakukan penyelamatan kepada para penduduk kampung demi bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dari masyarakat sipil. Pergerakan tempur yang dilakukan oleh pihak Satgas TNI sendiri kemudian membuahkan hasil yang sangat optimal, yakni aparat keamanan pada akhirnya berhasil memukul mundur KST Papua dan membuat mereka semua langsung melarikan diri masuk ke arah hutan dan perbukitan. Tentu saja upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan pihak Satgas TNI langsung mengerahkan sejumlah drone untuk melakukan pemantauan dari udara mengenai pergerakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut. Dari hasil pantauan yang dilakukan melalui drone di udara, ternyata diketahui bahwa KST Papua yang melakukan penyerangan dan sempat melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan bahkan hingga menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup itu berjumlah sekitar delapan orang yang merupakan pimpinan dari Manfred Fatem. Mereka semua juga terlihat membawa beberapa pucuk senjata api. Terkait hasil pemantauan dan juga penyelidikan yang langsung dilakukan oleh aparat keamanan setelah sempat terjadinya kontak tembak hingga membuat KST Papua terpojok dan melarikan diri itu, Letkol Infanteri Andika Ganesha Sakti kemudian menuturkan bahwa ditemukan rencana dari pihak gerombolan teroris tersebut selain melakukan pengibaran akan bendera Bintang Kejora, namun mereka juga hendak menyusun rencana untuk melakukan penyerangan kepada aparat keamanan serta melakukan aksi teror yang dapat mengganggu kenyamanan serta kedamaian dari masyarakat setempat. Meski begitu, namun untuk saat ini, situasi akan keamanan dan kondusifitas di Kampung Ayata sendiri sudah secara sepenuhnya dikuasai oleh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana seluruh aparat keamanan itu jelas akan tetap terus hadir bagi masyarakat untuk bisa memberikan rasa aman kepada warga setempat di Bumi Cenderawasih. Guna bisa memastikan upaya memberikan kenyamanan dan mendatangkan keamanan bagi masyarakat setempat di Papua hingga mereka semua bisa merasa aman, aparat TNI dari Satgas Yonif 133 Yudha Sakti juga memberikan bantuan logistik berupa makanan dan juga dukungan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi sebanyak ratusan penduduk. Lebih lanjut, pihak pasukan aparat keamanan juga sampai saat ini masih terus berupaya untuk melakukan pemburuan kepada para pelaku dari kelompok separatis dan teroris Papua itu serta membuat parameter akan pengamanan di sekitar wilayah perkampungan agar tidak sampai disusupi lagi oleh KST pimpinan Manfred Fatem. Sebenarnya gerombolan teroris dari KST Papua tersebut sama sekali tidak berdaya, pasalnya mereka hanya bisa melancarkan aksi yang sangat licik ketika sedang terpojok dalam baku tembak melawan aparat keamanan Republik Indonesia. Mereka dengan sangat tega bahkan menggunakan warga sipil yang tidak berdosa sebagai tameng hidup. )* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakart
On Key

Related Posts