Peran Kolaborasi G20 dalam Atasi Krisis Pangan Dunia
Oleh : Ahmad Dzul Ilmi Muis
Peran kolaborasi seluruh negara anggota G20 dalam mengatasi ancaman krisis pangan dunia yang terus menghantui pada tahun 2023 mendatang, mulai dari pencarian berbagai macam solusi termasuk skema pendanaan menjadi sangat penting.
Di hadapan para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian dari negara-negara G20 yang menghadiri Joint Finance and Agriculture Ministers’ Meeting (JFAMM) G20 di Wahington DC, Amerika Serikat, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa memang sangat penting adanya kolaborasi global untuk bisa bersama-sama mengatasi krisis pangan yang saat ini terus mengancam banyak negara di dunia.
Pertemuan yang dihadiri langsung oleh menteri-menteri dari negara anggota G20 beserta undangan lain hingga organisasi internasional di bidang keuangan dan pertanian itu memang diselenggarakan secara khusus untuk bisa membahas dan merespon bagaimana ancaman krisis pangan dan gizi global saat ini.
Syahrul Yasin kembali menambahkan bahwa seluruh negara G20 sudah memiliki komitmen yang sangat kuat untuk bisa mendukung peran krusial dari sektor pertanian dalam rangka penyediaan pangan serta gizi bagi sema orang di dunia.
Bukan hanya itu, namun G20 akan menjamin pembangunan ekonomi yang inklusif serta berkelanjutan. Menurutnya, semua anggota G20 tidak akan meninggalkan negara manapun tertinggal di belakang sehingga bangkit dan maju secara bersama-sama.
Tentunya untuk bisa mewujudkan seluruh komitmen tersebut, yakni agar segera terjadi percepatan pemulihan dan pembangunan di sektor pertanian dunia lebih kuat dan tangguh, para menteri keuangan dan menteri pertanian di G20 akan terus berupaya untuk menghadirkan solusi bersama dalam bentuk skema pendanaan global.
Mereka sudah membahas dan menemui setidaknya terdapat tiga buah isu prioritas yang akan benar-benar difokuskan pencarian solusinya. Untuk bisa mengatasi persoalan mengenai krisis pangan global, maka dibutuhkan adanya promosi sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kemudian hal kedua yang harus dilakukan adalah mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan hingga non-diskriminatif. Hal tersebut sangat berguna untuk bisa memastikan adanya ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi semua orang.
Serta tidak lupa pula promosi kewirausahaan pertanian yang inovatif terus didorong melalui pertanian digital untuk bisa meningkatkan penghidupan petani bahkan di pedesaan. Menurut Mentan RI tersebut, ketiga isu prioritas yang terus difokuskan oleh G20 itu memanglah saling berkaitan dan juga sangat membutuhkan sentuhan teknologi serta inovasi untuk bisa benar-benar mewujudkan sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani yang juga menghadiri forum tersebut menyampaikan dan mempertegas kembali bahwa sebagai Presidensi dalam ajang G20, Indonesia benar-benar berkomitmen tinggi untuk bisa menggunakan seluruh perangkat kebijakan yang tepat. Tujuannya adalah untuk bisa mengatasi segala tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk di dalamnya adalah adanya risiko krisis pangan global. Menurutnya, G20 sudah siap untuk mengambil segala tindakan secara kolektif bahkan dengan waktu yang cepat dalam rangka memperkuat ketahanan pangan dan gizi, termasuk juga di dalamnya mewadahi segala bentuk kerja sama dengan inisiatif lain.
Pertemuan tingkat menteri yang diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan Deputi Keuangan dan Pertanian G20 atau Joint Finance and Agriculture Deputies Meeting (JFADM) pada 3 Oktober 2022 lalu sangat diharapkan untuk bisa menjadi dasar bagi koordinasi erat untuk bisa menentukan cara paling baik dalam menghadapi segala tantangan ketahanan pangan ke depannya.
Sementara itu, menyinggung pentingnya pembentukan skema pendanaan global, Sri Mulyani menyatakan bahwa Bank Dunia (World Bank) serta Forum G20 juga telah berkomitmen akan menggelontorkan dana hingga 130 miliar US Dollar untuk bisa mengantisipasi ancaman krisis pangan yang diprediksikan terjadi pada tahun 2023 mendatang.
Rincian pendanaan tersebut dijelaskan oleh Menkeu RI adalah sebesar 30 miliar US Dollar berasal dari World Bank, kemudian tidak ketinggalan, Presidensi G20 pada tahun lalu, Roma dibantu oleh negara-negara G20 lainnya berkomitmen untuk menggelontorkan 100 miliar US Dollar dukungan pendanaan sehingga bisa dengan mudah diakses oleh setiap negara, utamanya mereka yang memang tengah berjibaku dalam menghadapi krisis keuangan dan pangan.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu bahasan prioritas yang sangat penting untuk segera dicarikan solusinya dalam G20 adalah mengenai krisis pangan global tersebut. Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan pula bahwa pada tahun 2023 mendatang seluruh dunia akan menghadapi risiko yang bahkan jauh lebih besar terkait pangan. Maka dari itu menurutnya harus segera terjadi upaya inisiatif dan kolaboratif untuk bisa mengidentifikasi serta menguji solusi tersebut.
Menggarisbawahi ungkapan yang dikemukakan oleh Menteri Pertanian dan Menteri Keuangan RI, memang sudah sepatutnya harus ada tindakan kolaborasi dari seluruh negara G20 dalam mengatasi ancaman krisis pangan dunia yang bahkan sangat menghantui di tahun 2023 mendatang. Karena sekuat apapun suatu negara, dirinya sama sekali tidak akan mampu bertahan sendirian tanpa bantuan negara lain.
) *Penulis adalah alumni Unair