Kata Papua

Sekolah Rakyat Tumbuhkan Minat Baca dan Wawasan Kebangsaan Lewat Edukasi Perpusnas - Kata Papua

Sekolah Rakyat Tumbuhkan Minat Baca dan Wawasan Kebangsaan Lewat Edukasi Perpusnas

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Sekolah Rakyat Tumbuhkan Minat Baca dan Wawasan Kebangsaan Lewat Edukasi Perpusnas

Oleh : Gavin Asadit

Upaya menumbuhkan budaya literasi dan memperkuat wawasan kebangsaan terus dilakukan melalui pendekatan edukatif yang inklusif. Salah satunya terlihat dari kegiatan edukasi yang diikuti ratusan siswa Sekolah Rakyat di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) pada pertengahan Desember 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi memperluas akses pengetahuan bagi anak-anak dari kelompok masyarakat rentan sekaligus menanamkan nilai kebangsaan sejak usia dini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebanyak 637 siswa Sekolah Rakyat dari wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang Selatan mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung selama dua hari. Para siswa diajak mengenal fungsi perpustakaan modern, memanfaatkan koleksi bacaan yang beragam, serta mengikuti sesi membaca terpandu dan pengenalan literasi informasi. Lingkungan perpustakaan yang ramah anak dan kaya sumber belajar dinilai mampu mendorong rasa ingin tahu serta ketertarikan siswa terhadap aktivitas membaca.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan edukasi tersebut dirancang tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan literasi dasar, tetapi juga memperluas perspektif kebangsaan para siswa. Melalui pengenalan koleksi nusantara, buku sejarah, serta literatur yang menggambarkan keragaman budaya Indonesia, siswa diperkenalkan pada nilai persatuan, toleransi, dan identitas nasional. Pendekatan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat pendidikan karakter melalui jalur nonformal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perpusnas menegaskan komitmennya dalam mendukung program Sekolah Rakyat sebagai bagian dari agenda pembangunan sumber daya manusia. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Suharyanto, menyampaikan bahwa perpustakaan memiliki peran strategis sebagai ruang belajar terbuka, pusat kreativitas, dan sarana inklusi sosial. Ia menilai bahwa perpustakaan harus mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak yang selama ini memiliki keterbatasan akses terhadap sumber bacaan berkualitas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menurut Suharyanto, Perpusnas secara aktif memberikan dukungan kepada Sekolah Rakyat melalui pelatihan pengelolaan perpustakaan bagi tenaga pendidik, pendampingan pengembangan koleksi, serta penyediaan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Langkah ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem literasi yang berkelanjutan, tidak hanya di pusat, tetapi juga di daerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dukungan terhadap kegiatan ini juga disampaikan oleh Sekretaris II Sekretariat Bersama Sekolah Rakyat yang juga Kepala Sekretariat Komisi Nasional Disabilitas, Herman Koswara. Ia memandang kunjungan edukatif ke Perpusnas sebagai bentuk pembelajaran kontekstual yang penting bagi siswa Sekolah Rakyat. Menurutnya, pengalaman belajar langsung di luar kelas dapat menumbuhkan kepercayaan diri, meningkatkan motivasi belajar, serta memperluas cakrawala berpikir anak-anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Herman menilai bahwa interaksi langsung dengan sumber pengetahuan, seperti buku dan ruang baca yang representatif, dapat membantu siswa melihat pendidikan sebagai proses yang menyenangkan dan bermakna. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga untuk memastikan bahwa anak-anak dari latar belakang kurang beruntung tetap mendapatkan hak yang setara dalam mengakses pendidikan berkualitas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Secara nasional, Perpusnas mencatat kemajuan signifikan dalam penguatan infrastruktur literasi sepanjang 2024 hingga 2025. Hingga akhir 2025, pembangunan lokus perpustakaan di lingkungan Sekolah Rakyat telah mencapai sekitar 100 lokasi, dengan total 224 unit perpustakaan yang tersebar di berbagai daerah. Selain itu, dukungan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bantuan nonfisik berupa koleksi bacaan serta teknologi informasi terus disalurkan untuk memperkuat layanan perpustakaan sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dalam berbagai forum resmi menekankan bahwa perpustakaan merupakan salah satu indikator martabat bangsa. Ia memandang perpustakaan sebagai ruang publik yang memungkinkan masyarakat mengembangkan nalar kritis, kreativitas, dan kesadaran kebangsaan. Oleh karena itu, transformasi perpustakaan menjadi pusat pembelajaran sepanjang hayat dinilai sebagai langkah penting dalam menghadapi tantangan global dan era digital.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dampak kegiatan edukasi ini mulai terlihat dari respons siswa dan guru pendamping. Sejumlah siswa menunjukkan ketertarikan terhadap jenis bacaan yang sebelumnya jarang mereka akses, seperti buku sejarah nasional, cerita rakyat daerah, dan literatur sains populer. Guru pendamping juga mencatat meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam diskusi dan kegiatan membaca setelah mengikuti program di Perpusnas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perpusnas turut mendorong pemanfaatan layanan digital untuk memperluas jangkauan literasi. Melalui platform seperti iPusnas dan sistem katalog digital, siswa dan guru dapat mengakses koleksi bacaan secara daring. Program literasi digital ini dinilai relevan untuk menjembatani kesenjangan akses informasi sekaligus menyesuaikan metode pembelajaran dengan perkembangan teknologi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ke depan, keberlanjutan program edukasi literasi ini diharapkan didukung oleh penguatan kapasitas sekolah, ketersediaan tenaga pengelola perpustakaan, serta sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan pendekatan yang terintegrasi, kegiatan edukasi di Perpusnas tidak hanya menjadi agenda seremonial, tetapi mampu membentuk kebiasaan membaca dan memperkokoh wawasan kebangsaan generasi muda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Melalui kegiatan ini, Perpusnas dan Sekolah Rakyat menunjukkan bahwa literasi dan pendidikan kebangsaan dapat berjalan beriringan. Akses terhadap buku dan pengetahuan yang setara diyakini menjadi fondasi penting dalam mencetak generasi yang cerdas, berkarakter, dan memiliki kesadaran kebangsaan yang kuat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Most Popular

Categories

Related Post

Uncategorized
Mengecam Kelicikan KST Papua Jadikan Masyarakat Papua Tameng Hidup Oleh : Clara Anastasya Wompere Kelompok separatis dan teroris (KST) di Papua merupakan gerombolan kriminal dan pengacau yang sangat licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka dengan sangat tegas menggunakan warga yang merupakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk menjadi tameng hidup pada saat terjadinya baku tembak dengan pihak aparat keamanan dari personel gabungan ketika mereka sedang terpojok. Satuan Tugas (Satgas) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti terlibat baku tembak dengan gerombolan separatis tersebut, yang mana juga termasuk ke dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat. Dalam baku tembak itu, sebanyak ratusan warga setempat berhasil dievakuasi oleh aparat keamanan untuk bisa menghindarkan mereka dari adanya upaya ataupun potensi akan intimidasi dari kelompok separatis. Seluruh warga telah dievakuasi ke tempat yang aman agar bisa menghindarkan mereka dari KST Papua. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Andika Ganesha Sakti yang memimpin langsung Satgas tersebut berhasil menggagalkan upaya pengibaran bendera Bintang Kejora yang hendak dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris dari Organisasi Papua Merdeka itu di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah. Diketahui bahwa aksi pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati Hari Manifesto Politik Papua Merdeka pada tanggal 1 Desember. Sempat terjadi baku tembak antara gerombolan separatis itu dengan pihak aparat keamanan dari Satgas TNI. Baku tembak tersebut terjadi saat aparat keamanan hendak berupaya untuk menggagalkan rencana pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh kelompok penentang ideologi negara itu. Mereka semua bahkan sempat sangat terdesak karena adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan. Akan tetapi, tatkala sedang terdesak, alih-alih menyerahkan diri, justru KST Papua melakukan cara licik lainnya, yakni melakukan intimidasi kepada warga setempat untuk menjadikan mereka sebagai tameng hidup pada saat baku tembak tersebut terjadi. Sontak, mengetahui adanya kelicikan yang dilakukan oleh gerombolan teroris dari Bumi Cenderawasih itu, aparat keamanan pun langsung bergerak dengan cepat dan dengan sangat hati-hati untuk melakukan penyelamatan kepada para penduduk kampung demi bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dari masyarakat sipil. Pergerakan tempur yang dilakukan oleh pihak Satgas TNI sendiri kemudian membuahkan hasil yang sangat optimal, yakni aparat keamanan pada akhirnya berhasil memukul mundur KST Papua dan membuat mereka semua langsung melarikan diri masuk ke arah hutan dan perbukitan. Tentu saja upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan pihak Satgas TNI langsung mengerahkan sejumlah drone untuk melakukan pemantauan dari udara mengenai pergerakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut. Dari hasil pantauan yang dilakukan melalui drone di udara, ternyata diketahui bahwa KST Papua yang melakukan penyerangan dan sempat melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan bahkan hingga menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup itu berjumlah sekitar delapan orang yang merupakan pimpinan dari Manfred Fatem. Mereka semua juga terlihat membawa beberapa pucuk senjata api. Terkait hasil pemantauan dan juga penyelidikan yang langsung dilakukan oleh aparat keamanan setelah sempat terjadinya kontak tembak hingga membuat KST Papua terpojok dan melarikan diri itu, Letkol Infanteri Andika Ganesha Sakti kemudian menuturkan bahwa ditemukan rencana dari pihak gerombolan teroris tersebut selain melakukan pengibaran akan bendera Bintang Kejora, namun mereka juga hendak menyusun rencana untuk melakukan penyerangan kepada aparat keamanan serta melakukan aksi teror yang dapat mengganggu kenyamanan serta kedamaian dari masyarakat setempat. Meski begitu, namun untuk saat ini, situasi akan keamanan dan kondusifitas di Kampung Ayata sendiri sudah secara sepenuhnya dikuasai oleh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana seluruh aparat keamanan itu jelas akan tetap terus hadir bagi masyarakat untuk bisa memberikan rasa aman kepada warga setempat di Bumi Cenderawasih. Guna bisa memastikan upaya memberikan kenyamanan dan mendatangkan keamanan bagi masyarakat setempat di Papua hingga mereka semua bisa merasa aman, aparat TNI dari Satgas Yonif 133 Yudha Sakti juga memberikan bantuan logistik berupa makanan dan juga dukungan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi sebanyak ratusan penduduk. Lebih lanjut, pihak pasukan aparat keamanan juga sampai saat ini masih terus berupaya untuk melakukan pemburuan kepada para pelaku dari kelompok separatis dan teroris Papua itu serta membuat parameter akan pengamanan di sekitar wilayah perkampungan agar tidak sampai disusupi lagi oleh KST pimpinan Manfred Fatem. Sebenarnya gerombolan teroris dari KST Papua tersebut sama sekali tidak berdaya, pasalnya mereka hanya bisa melancarkan aksi yang sangat licik ketika sedang terpojok dalam baku tembak melawan aparat keamanan Republik Indonesia. Mereka dengan sangat tega bahkan menggunakan warga sipil yang tidak berdosa sebagai tameng hidup. )* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakart
On Key

Related Posts