Sinergi TNI Polri dan Masyarakat Jaga Perayaan Sumpah Pemuda dari Ancaman Provokasi
Oleh: Aditya Hutomo
Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2025 berlangsung dalam suasana aman, tertib, dan penuh semangat kebersamaan. Di berbagai daerah, kolaborasi antara TNI, Polri, dan masyarakat menjadi fondasi penting dalam menjaga stabilitas serta mencegah gangguan yang dapat menodai momentum kebangsaan. Kondisi kondusif ini menjadi bukti bahwa semangat persatuan yang diwariskan para pemuda 1928 terus hidup dan berkembang seiring dengan tantangan zaman, termasuk di era digital yang sarat dengan potensi provokasi dan disinformasi.
Tema nasional “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” menggambarkan semangat baru generasi muda untuk memperkuat kesatuan bangsa di tengah perbedaan yang kian kompleks. Di era di mana informasi menyebar begitu cepat, semangat Sumpah Pemuda tidak hanya berbicara tentang perlawanan fisik atau perjuangan politik, tetapi juga tentang ketahanan moral dan intelektual dalam menghadapi ancaman provokasi di ruang digital.
Sinergi yang terjalin antara aparat keamanan dan masyarakat menjadi pilar utama dalam memastikan bahwa peringatan ini berlangsung damai. Pemerintah menilai bahwa keberhasilan menjaga ketertiban nasional merupakan hasil kerja kolektif seluruh elemen bangsa. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, memandang bahwa ketenangan dalam peringatan Sumpah Pemuda kali ini menegaskan kekuatan sosial bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Ia menilai, di tengah ancaman perubahan iklim, krisis pangan, dan disrupsi teknologi, hanya bangsa yang bersatu dan berdaya saing tinggi yang mampu bertahan. Karena itu, ia menekankan bahwa peran pemuda sangat vital bukan hanya sebagai penerus bangsa, tetapi juga sebagai penggerak utama pembangunan yang tangguh dan berintegritas.
Dalam perspektif keamanan nasional, TNI dan Polri memandang peringatan Sumpah Pemuda sebagai momentum penting untuk memperkuat rasa aman dan solidaritas publik. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menilai bahwa kondisi stabil selama perayaan mencerminkan keberhasilan kolaborasi antara aparat dan masyarakat. Ia menilai, terciptanya suasana kondusif di berbagai daerah bukan semata hasil operasi pengamanan, tetapi wujud nyata partisipasi publik yang semakin matang. Ia juga menyoroti pentingnya kewaspadaan terhadap potensi provokasi digital yang kerap muncul menjelang peringatan nasional. Menurutnya, penyebaran berita palsu atau narasi provokatif di media sosial dapat mengancam persatuan jika tidak dihadapi dengan literasi dan kesadaran kolektif.
Senada dengan itu, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menilai bahwa kerja sama lintas institusi antara TNI, Polri, dan masyarakat telah menjadi simbol nyata gotong royong bangsa dalam menjaga keamanan. Ia memandang perayaan Sumpah Pemuda 2025 sebagai refleksi keberhasilan seluruh pihak dalam mewujudkan suasana damai di tengah keragaman. Menurutnya, keamanan nasional bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga hasil kerja sama antara rakyat dan negara. Ia menilai, keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan di tingkat lokal, mulai dari kegiatan pengamanan lingkungan hingga partisipasi dalam patroli siber, menjadi bukti bahwa kesadaran kebangsaan semakin tumbuh kuat.
Dari sisi sosial-politik, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat melihat suasana damai dalam peringatan ini sebagai tanda keberhasilan bangsa dalam menjaga nilai-nilai luhur Sumpah Pemuda. Ia menilai bahwa cinta tanah air, semangat gotong royong, dan komitmen terhadap persatuan adalah fondasi moral yang harus terus diwariskan kepada generasi muda. Ia juga menyoroti data Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mencatat bahwa lebih dari separuh pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari kalangan milenial dan generasi Z. Baginya, hal tersebut memperlihatkan bahwa generasi muda kini memegang peran strategis dalam menentukan arah demokrasi Indonesia, termasuk dalam menjaga stabilitas dan keutuhan bangsa dari ancaman provokasi politik.
Perayaan Sumpah Pemuda 2025 juga memperlihatkan bagaimana upaya kolaboratif antara pemerintah, aparat, dan masyarakat dalam menciptakan ruang publik yang sehat. Di berbagai daerah, kegiatan upacara, pawai budaya, dan dialog kebangsaan berlangsung tertib dan produktif. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) aktif mengampanyekan literasi digital dan sikap bijak bermedia sosial. Upaya ini dinilai efektif dalam mencegah penyebaran narasi kebencian serta memperkuat kesadaran pemuda untuk menjadikan media sosial sebagai ruang kolaborasi, bukan konflik.
Dari sisi akademik, Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Dr. H. Darsono, M.Si, memandang bahwa semangat Sumpah Pemuda di era digital harus diterjemahkan sebagai gerakan literasi kebangsaan. Ia menilai bahwa ruang digital kini menjadi medan baru bagi perjuangan moral generasi muda. Baginya, pemuda harus mampu menjadi penjaga kebenaran di tengah banjir informasi. Ia menyebut munculnya “nasionalisme kritis” di kalangan muda sebagai hal positif, yaitu bentuk cinta tanah air yang tidak dogmatis, melainkan rasional dan berbasis pengetahuan.
Kehadiran sinergi antara TNI, Polri, dan masyarakat dalam perayaan Sumpah Pemuda 2025 menegaskan bahwa keamanan dan persatuan tidak lahir dari instruksi, tetapi dari kesadaran kolektif bangsa. Ketika aparat dan rakyat bersatu, ancaman provokasi dan disinformasi dapat diredam dengan cara yang elegan — melalui dialog, literasi, dan kolaborasi.
Perayaan Sumpah Pemuda tahun ini menjadi bukti bahwa semangat 1928 tetap hidup dalam bentuk baru: semangat kolaboratif yang berpadu dengan kewaspadaan digital. Sumpah Pemuda kini tidak hanya diucapkan dalam teks sejarah, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata menjaga harmoni sosial dan memperkuat ketahanan nasional dari segala bentuk provokasi. Dengan semangat itu, Indonesia menegaskan diri sebagai bangsa yang dewasa, berkarakter, dan mampu menjaga persatuannya di tengah arus perubahan global. (*)
Analis Keamanan Publik



