Stimulus Ekonomi Terukur, Mesin Penggerak Baru Pemulihan dan Pertumbuhan Nasional
Jakarta – Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dengan merilis serangkaian stimulus yang dirancang secara strategis untuk memulihkan daya beli masyarakat serta mendorong konsumsi rumah tangga. Stimulus ini diyakini menjadi amunisi penting dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal II dan III tahun 2025, sekaligus menjawab tantangan perlambatan ekonomi global.
Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, mengatakan stimulus konsumsi seperti diskon tarif listrik, subsidi transportasi, dan perluasan bantuan sosial akan memberikan efek nyata dalam waktu dekat. Belanja modal pemerintah yang mulai bergerak sejak April menjadi sinyal positif
“Mungkin momentumnya dari stimulus konsumsi. Pemerintah mau menggulirkan stimulus diskon tarif listrik dan sebagainya. Paling itu yang akan mendorong konsumsi di akhir kuartal II dan awal kuartal III, kuartal II nanti tidak selambat kuartal I pertumbuhannya,” ujarnya.
Kebijakan stimulus ekonomi ini mencakup enam sektor utama, antara lain diskon tarif listrik 50 persen untuk pelanggan kecil, diskon tarif tol, potongan tarif transportasi umum, penyaluran Bantuan Subsidi Upah (BSU), tambahan alokasi bansos, serta perpanjangan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Paket-paket ini tidak hanya difokuskan pada pemulihan konsumsi jangka pendek, tetapi juga disiapkan untuk menopang kestabilan jangka panjang.
Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto menyampaikan bahwa pemerintah tetap yakin terhadap capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2025. Optimisme ini sejalan dengan langkah-langkah yang diambil pemerintah, yang tidak hanya responsif terhadap situasi ekonomi global, tetapi juga berbasis data dan kebutuhan riil masyarakat.
“Kami masih optimis pertumbuhan ekonomi 2025 dikisaran 5% sesuai target,” katanya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE), Mohammad Faisal, yang menilai dampak nyata dari stimulus akan lebih terasa pada kuartal III.
“Jadi kalau mau ke kuartal kedua, ini kan baru Juni, dampaknya paling di kuartal berikutnya. Akan berdampak langsung terhadap penambahan income dan membantu biaya hidup,” ujarnya.
Faisal menyoroti pentingnya konsistensi dan keberlanjutan program, terutama pada stimulus langsung seperti BSU dan diskon listrik, yang menurutnya. Dia juga menilai insentif seperti potongan tarif tol berperan penting untuk efisiensi logistik dan biaya transportasi publik.
“Sepanjang itu dilakukan secara konsisten dan dalam jangka waktu yang cukup panjang, jadi bukan hanya beberapa bulan saja,” tegasnya.
Melalui kombinasi stimulus jangka pendek dan penguatan struktur ekonomi jangka panjang, kebijakan pemerintah menjadi bukti nyata bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya dirancang untuk pulih, tetapi untuk bangkit lebih kuat dan tangguh menghadapi masa depan.