Kata Papua

Banyak Pihak Dukung Proses Hukum Rocky Gerung - Kata Papua

Banyak Pihak Dukung Proses Hukum Rocky Gerung

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Banyak Pihak Dukung Proses Hukum Rocky Gerung

Oleh : Elisabeth Titania Dionne

Banyak pihak mendukung Presiden Jokowi untuk memproses Rocky Gerung buntut pernyataan yang dilontarkannya. Diduga pernyataan tersebut sudah melewati batas hingga dianggap menghina Presiden Joko Widodo itu membuat beberapa masyarakat tersinggung.

Namun, Presiden Joko Widodo sendiri belum menggubris hal tersebut lantaran ia fokus dengan pekerjaannya yang lebih penting.

Ungkapan Rocky Gerung melalui pernyataannya yang dianggap menghina sosok Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu itu banyak pihak mengungkapkan bahwa pernyataan Bung Rocky ini sudah kelewatan atau melampaui batas dan tidak pantas untuk dilontarkan.

Dukungan tersebut datang dari berbagai macam lapisan masyarakat, mulai dari organisasi masyarakat, tokoh adat, hingga ketua partai.

Wakil Ketua Umum Gerindra Habibiruokhman menilai bahwa pernyataan yang keluar dari mulut berlatar belakang seorang akademisi itu kurang cocok dan tidak pantas diucapkan. Mengetahui hal ini, Partai Perjuangan Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak tinggal diam dan langsung melaporkan akademisi itu atas dugaan fitnah dan berita bohong terkait dengan pernyataannya terhadap Presiden Joko Widodo.
Tim Badan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat DPP PDIP turut menambahkan bahwa laporan tersebut bukan delik aduan, melainkan dugaan fitnah dan berita bohong yang disampaikan oleh akademisi Rocky Gerung. Memang, beberapa waktu lalu beredar kalimat Rocky yang menyinggung Presiden Jokowi sebagai seorang Bajingan yang Tolol dianggap tak pantas dilontarkan.
Di sisi lain, pegiat media sosial Chusnul Chotimah yang juga tergabung dalam loyalis Ganjar Pranowo itu mendesak agar Menko Polhukam Mahfud MD dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menindaklanjuti ungkapan yang diduga menghina Presiden Jokowi itu. Bahkan, dirinya dengan tegas berkata apabila tak ada tindakan sebaiknya mereka mengundurkan diri saja. Menurut Chusnul, kalimat tersebut sudah kelewatan, pasalnya Presiden Jokowi sebagai sosok Kepala Negara itu dianggap dihina.
Tak hanya segelintir orang saja yang menginginkan agar pernyataan Rocky tersebut dipertanggung jawabkan, Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) dan Dewan Adat Dayak (DAD) se-Indonesia juga dengan tegas pernyataan tersebut melalui demonstrasi. Mereka merasa keberatan atas pernyataan laki-laki yang berlatarbelakang akademisi itu, sehingga meminta kepada polisi untuk segera menangkap dan menindak tegas melalui proses hukum yang berlaku. Selain dianggap menghina Presiden Jokowi, kalimat yang dilontarkan Rocky Gerung itu juga dinilai menghina Ibu Kota Negara Nusantara (IKN). Mereka melakukan aksi demo di depan Mabes Polri, Jakarta Selatan. Terlihat dalam aksi tersebut dihadiri sejumlah masyarakat yakni MADN dan ormas-ormas Dayak di Jakarta, seperti Dewan Adat Dayak (DAD) Jakarta dan utusan DAD Kalimantan Tengah (Kalteng), DAD Kalimantan Barat (Kalbar), DAD Kalimantan Timur (Kaltim), DAD Kalimantan Selatan (Kalsel), dan DAD Kalimantan Utara (Kaltara).
MADgN merasa tersinggung dengan pernyataan tersebut yang dinilai mencederai masyarakat Adat Dayak itu sendiri mengenai kritik pedas yang disampaikan Rocky Gerung terkait dengan rencana Presiden Joko Widodo yang akan pergi ke China menawarkan IKN. Bahkan, mereka menilai ucapan Rocky tidak memiliki pernyataan yang bagus, karena kritik-kritiknya banyak mengandung kata tidak pantas, tidak layak, bertentangan dengan adat istiadat hingga etika. Padahal, Masyarakat Adat Dayak memberikan gelar adat kepada Presiden Jokowi sebagai Pemimpin MAD yang bertajuk ‘Raja Haring Hatungu Tungket Langit’ yang berarti, raja yang arif, bijaksana, berbudi luhur, dan mengutamakan kepentingan rakyat di setiap keputusannya.
MADN juga meminta Mabes Polri untuk segera menindaklanjuti pernyataan tersebut dan melakukan proses hukum terhadap Rocky Gerung. Bukan tanpa alasan, melainkan pernyataan itu dianggap memprovokasi dan mengandung ujaran kebencian terhadap kepala negara Indonesia yakni Presiden Joko Widodo. Akibat dari kritik pedasnya Rocky tersebutlah yang menimbulkan kegaduhan dan keresahan masyarakat. Namun, masyarakat diharapkan untuk tidak terprovokasi dan tetap menjaga kesatuan serta persatuan Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Jokowi lebih memilih untuk tidak banyak menggubris hal-hal kecil seperti itu. Beliau justru saat ini menegaskan bahwa akan fokus terhadap hal-hal penting yang berurusan dengan pekerjaannya. Sama seperti halnya Menko Polhukam Mahfud MD juga memastikan bahwa Presiden Jokowi masih belum ada rencana untuk menanggapi dengan serius ke ranah hukum atas dugaan penghinaan yang dilontarkan oleh Bung Rocky, meskipun memang banyak yang mendukungnya untuk segera membuat laporan.
Banyak pihak yang mendukung Presiden Jokowi untuk melaporkan pernyataan Rocky Gerung, namun beliau sendiri masih belum membuat laporan dan memiliki kesibukan lain yang lebih penting. Sebagai informasi tambahan, beberapa perwakilan relawan Jokowi sebelumnya sudah pernah melaporkan Rocky Gerung ke Bareskrim Polri, akan tetapi memang perlu klarifikasi dari pihak yang bersangkutan, yakni Presiden Jokowi yang merasa dirugikan untuk melaporkan secara langsung.

)* Penulis adalah Kontributor Gelora Media Institute

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Most Popular

Categories

Related Post

Uncategorized
Mengecam Kelicikan KST Papua Jadikan Masyarakat Papua Tameng Hidup Oleh : Clara Anastasya Wompere Kelompok separatis dan teroris (KST) di Papua merupakan gerombolan kriminal dan pengacau yang sangat licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka dengan sangat tegas menggunakan warga yang merupakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk menjadi tameng hidup pada saat terjadinya baku tembak dengan pihak aparat keamanan dari personel gabungan ketika mereka sedang terpojok. Satuan Tugas (Satgas) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti terlibat baku tembak dengan gerombolan separatis tersebut, yang mana juga termasuk ke dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat. Dalam baku tembak itu, sebanyak ratusan warga setempat berhasil dievakuasi oleh aparat keamanan untuk bisa menghindarkan mereka dari adanya upaya ataupun potensi akan intimidasi dari kelompok separatis. Seluruh warga telah dievakuasi ke tempat yang aman agar bisa menghindarkan mereka dari KST Papua. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Andika Ganesha Sakti yang memimpin langsung Satgas tersebut berhasil menggagalkan upaya pengibaran bendera Bintang Kejora yang hendak dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris dari Organisasi Papua Merdeka itu di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah. Diketahui bahwa aksi pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati Hari Manifesto Politik Papua Merdeka pada tanggal 1 Desember. Sempat terjadi baku tembak antara gerombolan separatis itu dengan pihak aparat keamanan dari Satgas TNI. Baku tembak tersebut terjadi saat aparat keamanan hendak berupaya untuk menggagalkan rencana pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh kelompok penentang ideologi negara itu. Mereka semua bahkan sempat sangat terdesak karena adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan. Akan tetapi, tatkala sedang terdesak, alih-alih menyerahkan diri, justru KST Papua melakukan cara licik lainnya, yakni melakukan intimidasi kepada warga setempat untuk menjadikan mereka sebagai tameng hidup pada saat baku tembak tersebut terjadi. Sontak, mengetahui adanya kelicikan yang dilakukan oleh gerombolan teroris dari Bumi Cenderawasih itu, aparat keamanan pun langsung bergerak dengan cepat dan dengan sangat hati-hati untuk melakukan penyelamatan kepada para penduduk kampung demi bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dari masyarakat sipil. Pergerakan tempur yang dilakukan oleh pihak Satgas TNI sendiri kemudian membuahkan hasil yang sangat optimal, yakni aparat keamanan pada akhirnya berhasil memukul mundur KST Papua dan membuat mereka semua langsung melarikan diri masuk ke arah hutan dan perbukitan. Tentu saja upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan pihak Satgas TNI langsung mengerahkan sejumlah drone untuk melakukan pemantauan dari udara mengenai pergerakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut. Dari hasil pantauan yang dilakukan melalui drone di udara, ternyata diketahui bahwa KST Papua yang melakukan penyerangan dan sempat melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan bahkan hingga menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup itu berjumlah sekitar delapan orang yang merupakan pimpinan dari Manfred Fatem. Mereka semua juga terlihat membawa beberapa pucuk senjata api. Terkait hasil pemantauan dan juga penyelidikan yang langsung dilakukan oleh aparat keamanan setelah sempat terjadinya kontak tembak hingga membuat KST Papua terpojok dan melarikan diri itu, Letkol Infanteri Andika Ganesha Sakti kemudian menuturkan bahwa ditemukan rencana dari pihak gerombolan teroris tersebut selain melakukan pengibaran akan bendera Bintang Kejora, namun mereka juga hendak menyusun rencana untuk melakukan penyerangan kepada aparat keamanan serta melakukan aksi teror yang dapat mengganggu kenyamanan serta kedamaian dari masyarakat setempat. Meski begitu, namun untuk saat ini, situasi akan keamanan dan kondusifitas di Kampung Ayata sendiri sudah secara sepenuhnya dikuasai oleh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana seluruh aparat keamanan itu jelas akan tetap terus hadir bagi masyarakat untuk bisa memberikan rasa aman kepada warga setempat di Bumi Cenderawasih. Guna bisa memastikan upaya memberikan kenyamanan dan mendatangkan keamanan bagi masyarakat setempat di Papua hingga mereka semua bisa merasa aman, aparat TNI dari Satgas Yonif 133 Yudha Sakti juga memberikan bantuan logistik berupa makanan dan juga dukungan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi sebanyak ratusan penduduk. Lebih lanjut, pihak pasukan aparat keamanan juga sampai saat ini masih terus berupaya untuk melakukan pemburuan kepada para pelaku dari kelompok separatis dan teroris Papua itu serta membuat parameter akan pengamanan di sekitar wilayah perkampungan agar tidak sampai disusupi lagi oleh KST pimpinan Manfred Fatem. Sebenarnya gerombolan teroris dari KST Papua tersebut sama sekali tidak berdaya, pasalnya mereka hanya bisa melancarkan aksi yang sangat licik ketika sedang terpojok dalam baku tembak melawan aparat keamanan Republik Indonesia. Mereka dengan sangat tega bahkan menggunakan warga sipil yang tidak berdosa sebagai tameng hidup. )* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakart
On Key

Related Posts