Indonesia Sukses Dorong Inklusifitas dalam KTT G20
Oleh : Savira Ayu )*
Kerja sama antar negara menjadi hal yang sangat penting, bahkan merupakan kunci untuk bisa terus bangkit setelah terjadinya pandemi. Melihat fakta tersebut, Indonesia akhirnya mengalami kesuksesan dalam upayanya terus mendorong inklusifitas antar negara dalam forum KTT G20.
Semangat untuk terus mewujudkan persatuan dunia ternyata berhasil dengan sangat sukses didorong oleh Presiden RI Joko Widodo dalam gelaran forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20). Hal tersebut oleh banyak pengamat dinilai memang sesuatu yang wajib dan bahkan menjadi kunci jika negara-negara ingin segera bangkit dari keterpurukan setta krisis pascapandemi Covid-19.
Pada era serba ketidakpastian seperti sekarang ini, maka sudah bukan saatnya lagi bagi negara-negara terlalu mementingkan kepentingannya sendiri saja dan seolah bertindak sangat arogan, melainkan justru sekarang ini waktunya seluruh negara bisa bersatu dan saling bahu-membahu demi kepentingan bersama.
Tidak sedikit dari peran aktif melalui langkah politik luar negeri yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi ternyata memang membawa dampak sangat positif. Buktinya hubungan komunikasi berhasil dibangun dengan para pimpinan dunia lainnya dengan elegan. Mengenai hal tersebut, Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengaku bahwa memang tindakan yang dilakukan oleh Presiden sudah tepat.
Pasalnya kunjungan kenegaraan ke negara-negara sahabat seperti China, Jepang dan Korea Selatan beberapa waktu lalu terbukti sukses langsung memperkuat perekonomian Nasional. Bukan hanya sekedar langkah formalitas saja, melainkan Hikmahanto menilai bahwa pendekatan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi sangatlah unik lantaran dengan memberikan personal touch.
Bahkan bukan hanya tiga negara di Asia Timur itu saja, melainkan Presiden RI Ketujuh tersebut juga terus melakukan pendekatan personal touch kepada para pimpinan negara lainnya yang menjadi anggota G20 sehingga tidak membeda-bedakan sikap. Hebatnya lagi adalah, bukan sekedar pada negara yang tengah stabil saja, namun Presiden Jokowi juga langsung melakukan kunjungan kepada negara yang tengah berkonflik.
Memang kunjungan yang penuh risiko dari Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina sempat banyak disorot lantaran beliau rela mempertaruhkan keselamatannya demi bisa menggugat agar kedua negara yang tengah berkonflik tadi segera bisa menghentikan konfliknya, karena justru dampak yang dirasakan menyebar secara luas bahkan harus ditanggung pula oleh negara yang sama sekali tidak ada kaitannya.
Buktinya sejumlah sanksi dan juga peraturan akhirnya membuat Rusia dan Ukraina sempat menghentikan kegiatan ekspor gandum mereka, padahal diketahui keduanya merupakan termasuk negara penghasil gandum terbesar, sehingga pasokan pangan global menjadi sangat terguncang dan harganya pun menjadi meroket sehingga menimbulkan ancaman inflasi yang menghantui.
Bukan hanya sekedar untuk misi perdamaian saja, melainkan kunjungan Presiden Jokowi dengan bertemu secara langsung Presiden Putin dan Presiden Zelensky juga adalah bentuk misi dari agenda penyelenggaraan G20 yang akan digelar pada November 2022 mendatang. Pasalnya terdapat beberapa negara yang mengancam melakukan walkout apabila ternyata Rusia masih datang dalam KTT tersebut.
Tentunya sebagai negara Presidensi, Indonesia tidak bisa tinggal diam saja mengetahui hal tersebut. Maka dari itu Bangsa ini akan terus mengupayakan bagaimana terciptanya inklusifitas antar negara, khususnya mereka para anggota G20 sendiri karena jika ketegangan ini terus dibiarkan, maka dunia akan terus memanas dan tidak segera tercipta stabilitas.
Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB-MDHW), KH. M. Musthofa Aqil Siroj juga turut memberikan apresiasinya kepada langkah Presiden Jokowi tersebut. Menurutnya, beliau sangatlah berani untuk berkunjung ke negara yang tengah berkonflik demi membawa misi perdamaian dan merupakan langkah sangat inisiatif serta patut dibanggakan.
Pengamat Hubungan Internasional, Anton Aliabbas menyatakan bahwa upaya intervensi secara langsung yang dilakukan oleh Presiden Jokowi tersbeut juga sebagai cara untuk bisa meninggalkan sebuah warisan dan mencetak sejarah kepresidenan Indonesia selama ini, bahwa ternyata memang terdapat Presiden Tanah Air yang ikut berperan aktif dalam mendamaikan sebuah konflik antar negara.
Anton juga menilai bahwa semenjak periode kedua berjalannya kabinet Presiden Jokowi, sangat terlihat kalau beliau mulai berfokus untuk terus meningkatkan aktivitas pelaksanaan politik luar negeri utamanya dalam forum multilateral. Sikap imparsialitas atau sama sekali tidak memihak siapapun yang ditunjukkan secara nyata dalam menyikapi mengenai konflik tersebut ternyata memang sangatlah dibutuhkan oleh tiap negara, utamanya jika mereka menawarkan diri sebagai potensial mediator.
Lebih lanjut, agenda besar lainnya yang akan terus diupayakan adalah bagaimana langkah membawa serta mengawal inklusifitas antar negara ini dalam bentuk yang lebih nyata, seperti pada kerja sama ekonomi. Hal tersebut lagi-lagi sangat sukses dijalankan oleh Indonesia dalam forum The Business 20 (B20).
Rekomendasi yang diberikan oleh Indonesia dalam forum B20-G20 tersebut adalah supaya ada keseriusan dari setiap negara agar mampu mengatasi seluruh kesenjangan infrastruktur dan juga pendanaan yang terjadi, utamanya adalah pada negara-negara berkembang. Selain itu, Chair Ridha Wirakusumah sekali gugus tugas Finance & Infrastructure (F&I) menambahkan bahwa pemulihan ekonomi yang berkelanjutan juga merupakan hal penting.
Kesuksesan Indonesia untuk terus mendorong inklusifitas antar negara melalui KTT G20 memang tak perlu diragukan lagi. Hal tersebut menjadi kunci utamanya demi seluruh negara bisa segera bangkit kembali dalam berbagai sektor setelah terguncang oleh pandemi Covid-19.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute