Kata Papua

Lindungi Masyarakat dari KST Papua, Danramil Paniai Gugur sebagai Pahlawan - Kata Papua

Lindungi Masyarakat dari KST Papua, Danramil Paniai Gugur sebagai Pahlawan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Lindungi Masyarakat dari KST Papua, Danramil Paniai Gugur sebagai Pahlawan

Oleh: Ester Wambra

Komandan Rayon Militer (Danramil) Paniai gugur sebagai pahlawan bangsa karena rela mengorbankan nyawanya demi melindungi segenap masyarakat Bumi Cenderawasih dari teror Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua.

Tentunya melindungi seluruh masyarakat di Indonesia tanpa terkecuali, termasuk masyarakat orang asli Papua (OAP) merupakan kewajiban yang dimiliki oleh aparat keamanan. Maka dari itu, semua jajaran aparat keamanan sama sekali tidak ragu dan tidak takut meski mereka harus berjibaku mempertaruhkan keselamatan dan nyawanya sendiri serta gugur sebagai pahlawan bangsa.

Gugurnya Danramil Paniai di tangan KST Papua tersebut merupakan sebuah tindakan yang sangat mencerminkan bagaimana sosoknya sebagai pahlawan negeri untuk terus memastikan seluruh masyarakat di Bumi Cenderawasih tetap hidup dengan aman dari ancaman semua pihak.

Danramil 1703-04 Aradide, Paniai, Letnan Dua Infanteri (Letda Inf) Oktovianis Sogalrey gugur tertembak gerombolan separatis yang tergabung di dalam Komando Daerah Pertahanan XIII Kegepa Nipouda Paniai di bawah pimpinan Komandan Operasi Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM), mayor Osea Satu Boma berama dengan pasukannya. Pahlawan bangsa tersebut gugur ditembak oleh KST Papua di Jalan Trans Papua Paniai-Intan Jaya.

Kala itu, Danramil sedang melintas menggunakan motornya, kemudian langsung dicegat oleh sebanyak tiga orang pasukan Kelompok Separatis dan Teroris tersebut. Tidak hanya mencegat, namun mereka juga telah bersiap dengan menggunakan senjata laras panjang.

Gerombolan separatis itu dengan sengaja menunggu Letda Ind Oktovianis untuk melintas dan langsung melontarkan tembakan hingga korban terjatuh. Namun kekejaman dan kesadisan mereka tidak berhenti di situ saja, melainkan setelah korban terjatuh terkena tembakan, KST Papua kemudian langsung mendekat dan melakukan penganiayaan dengan menggunakan senjata tajam.

Sehingga Danramil Paniai tidak hanya menjadi korban tembak saja, namun dirinya juga dibacok beberapa kali oleh gerombolan yang bertentangan dengan ideologi bangsa tersebut, kemudian setelahnya ketiga pelaku itu langsung kabur melarikan diri.

Wilayah di Papua selama ini terus saja menjadi wilayah penuh konflik lantaran keterlibatan KST Papua yang terus saja menggencarkan aksi biadab mereka. Namun, meski di tengah rangkaian aksi kejam gerombolan teroris tersebut, aparat keamanan terus berupaya keras melindungi segenap elemen masyarakat dari ancaman mereka.

Bahkan, tidak hanya sekedar melindungi keamanan warga Bumi Cenderawasih saja, namun aparat keamanan juga terus berupaya untuk menghadapi seluruh tantangan sangat kompleks yang melibatkan berbagai macam aspek seperti politik, sosial dan ekonomi di provinsi paling Timur Tanah Air itu.

Terjadinya konflik berkepanjangan di Tanah Papua memiliki akar sejarah yang kompleks pula, yang mana di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari peranan KST Papua yang terus mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dengan berbagai macam taktik kekerasan mereka demi mencapai tujuan politiknya sendiri.

Hal tersebut jelas menjadi ancaman yang sangat serius bagi keamanan warga sipil, juga menjadi ancaman yang nyata bagi aparat keamanan sendiri. Pasalnya, gerombolan separatis itu sama sekali tidak segan untuk melukai dan bahkan menghabisi nyawa aparat keamanan, sebagaimana yang terjadi pada kasus pembantaian pada Danramil Paniai.

Banyak sekali kesadisan dan kebiadaban yang digencarkan oleh KST Papua, mulai dari adanya serangan pada infrastruktur publik, kemudian adanya penculikan hingga bentrokan bersentara yang merupakan kejadian sangat disayangkan terjadi di Bumi Cenderawasih karena hal tersebut seharusnya tidak terjadi di sana.

Seharusnya, Tanah Papua merupakan tanah yang sangat aman dan nyaman serta damai untuk dihidupi oleh seluruh masyarakat. Dengan kekayaan alam yang sangat banyak itu, seharusnya Bumi Cenderawasih bagaimana surga kecil dari Indonesia.

Rangkaian seluruh aksi kekejaman Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua tersebut jelas sama sekali tidak bisa ditoleransi lagi, sehingga sudah menjadi tindakan yang sangat tepat jika aparat keamanan mampu mengambil tindakan hukum yang sangat tegas pada mereka.

Jangan sampai kejadian penembakan hingga pembantaian pada aparat keamanan, yakni pada Letda Inf Oktovianis tersebut terulang kembali dengan serangan gerombolan teroris itu dan semakin menambah banyak jumlah korban apabila mereka tidak segera ditindak hukum tegas.

Saatnya aparat keamanan pasukan gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Badan Intelijen Negara Republik Indonesia (BIN) mampu segera memberantas KST Papua dengan tegas dari Bumi Cenderawasih.

Ketegasan dari aparat keamanan merupakan hal yang penting untuk memberantas mereka yang selama ini terus melakukan gangguan keamanan di wilayah Papua, yang mana juga sangat mencederau kehidupan masyarakat orang asli Papua (OAP) di tanahnya sendiri.

Tindakan Komandan Rayon Militer (Danramil) 1703-04 Aradide, Paniai, Letnan Dua Infanteri (Letda Inf) Oktovianis Sogalrey yang melindungi segenap tumpah darah Indonesia yakni masyarakat di Papua dari ancaman KST merupakan sebuah tindakan yang sangat mencerminkan jiwa patriotisme tinggi. Dirinya telah gugur sebagai sosok pahlawan bangsa.

*) Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Most Popular

Categories

Related Post

Uncategorized
Mengecam Kelicikan KST Papua Jadikan Masyarakat Papua Tameng Hidup Oleh : Clara Anastasya Wompere Kelompok separatis dan teroris (KST) di Papua merupakan gerombolan kriminal dan pengacau yang sangat licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka dengan sangat tegas menggunakan warga yang merupakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk menjadi tameng hidup pada saat terjadinya baku tembak dengan pihak aparat keamanan dari personel gabungan ketika mereka sedang terpojok. Satuan Tugas (Satgas) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti terlibat baku tembak dengan gerombolan separatis tersebut, yang mana juga termasuk ke dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat. Dalam baku tembak itu, sebanyak ratusan warga setempat berhasil dievakuasi oleh aparat keamanan untuk bisa menghindarkan mereka dari adanya upaya ataupun potensi akan intimidasi dari kelompok separatis. Seluruh warga telah dievakuasi ke tempat yang aman agar bisa menghindarkan mereka dari KST Papua. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Andika Ganesha Sakti yang memimpin langsung Satgas tersebut berhasil menggagalkan upaya pengibaran bendera Bintang Kejora yang hendak dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris dari Organisasi Papua Merdeka itu di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah. Diketahui bahwa aksi pengibaran bendera Bintang Kejora tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati Hari Manifesto Politik Papua Merdeka pada tanggal 1 Desember. Sempat terjadi baku tembak antara gerombolan separatis itu dengan pihak aparat keamanan dari Satgas TNI. Baku tembak tersebut terjadi saat aparat keamanan hendak berupaya untuk menggagalkan rencana pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh kelompok penentang ideologi negara itu. Mereka semua bahkan sempat sangat terdesak karena adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan. Akan tetapi, tatkala sedang terdesak, alih-alih menyerahkan diri, justru KST Papua melakukan cara licik lainnya, yakni melakukan intimidasi kepada warga setempat untuk menjadikan mereka sebagai tameng hidup pada saat baku tembak tersebut terjadi. Sontak, mengetahui adanya kelicikan yang dilakukan oleh gerombolan teroris dari Bumi Cenderawasih itu, aparat keamanan pun langsung bergerak dengan cepat dan dengan sangat hati-hati untuk melakukan penyelamatan kepada para penduduk kampung demi bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dari masyarakat sipil. Pergerakan tempur yang dilakukan oleh pihak Satgas TNI sendiri kemudian membuahkan hasil yang sangat optimal, yakni aparat keamanan pada akhirnya berhasil memukul mundur KST Papua dan membuat mereka semua langsung melarikan diri masuk ke arah hutan dan perbukitan. Tentu saja upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan pihak Satgas TNI langsung mengerahkan sejumlah drone untuk melakukan pemantauan dari udara mengenai pergerakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut. Dari hasil pantauan yang dilakukan melalui drone di udara, ternyata diketahui bahwa KST Papua yang melakukan penyerangan dan sempat melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan bahkan hingga menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup itu berjumlah sekitar delapan orang yang merupakan pimpinan dari Manfred Fatem. Mereka semua juga terlihat membawa beberapa pucuk senjata api. Terkait hasil pemantauan dan juga penyelidikan yang langsung dilakukan oleh aparat keamanan setelah sempat terjadinya kontak tembak hingga membuat KST Papua terpojok dan melarikan diri itu, Letkol Infanteri Andika Ganesha Sakti kemudian menuturkan bahwa ditemukan rencana dari pihak gerombolan teroris tersebut selain melakukan pengibaran akan bendera Bintang Kejora, namun mereka juga hendak menyusun rencana untuk melakukan penyerangan kepada aparat keamanan serta melakukan aksi teror yang dapat mengganggu kenyamanan serta kedamaian dari masyarakat setempat. Meski begitu, namun untuk saat ini, situasi akan keamanan dan kondusifitas di Kampung Ayata sendiri sudah secara sepenuhnya dikuasai oleh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana seluruh aparat keamanan itu jelas akan tetap terus hadir bagi masyarakat untuk bisa memberikan rasa aman kepada warga setempat di Bumi Cenderawasih. Guna bisa memastikan upaya memberikan kenyamanan dan mendatangkan keamanan bagi masyarakat setempat di Papua hingga mereka semua bisa merasa aman, aparat TNI dari Satgas Yonif 133 Yudha Sakti juga memberikan bantuan logistik berupa makanan dan juga dukungan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi sebanyak ratusan penduduk. Lebih lanjut, pihak pasukan aparat keamanan juga sampai saat ini masih terus berupaya untuk melakukan pemburuan kepada para pelaku dari kelompok separatis dan teroris Papua itu serta membuat parameter akan pengamanan di sekitar wilayah perkampungan agar tidak sampai disusupi lagi oleh KST pimpinan Manfred Fatem. Sebenarnya gerombolan teroris dari KST Papua tersebut sama sekali tidak berdaya, pasalnya mereka hanya bisa melancarkan aksi yang sangat licik ketika sedang terpojok dalam baku tembak melawan aparat keamanan Republik Indonesia. Mereka dengan sangat tega bahkan menggunakan warga sipil yang tidak berdosa sebagai tameng hidup. )* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakart
On Key

Related Posts