Kata Papua

Membangun Industri Hilir, Kunci Sukses Program Hilirisasi Pemerintah - Kata Papua

Membangun Industri Hilir, Kunci Sukses Program Hilirisasi Pemerintah

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Membangun Industri Hilir, Kunci Sukses Program Hilirisasi Pemerintah

Oleh: Dhita Karuniawati

Dalam beberapa tahun terakhir, program hilirisasi menjadi salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia dalam mendorong transformasi ekonomi nasional. Dengan tujuan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat daya saing industri nasional, hilirisasi telah menjadi narasi kunci dalam berbagai kebijakan pembangunan. Namun, keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada penghentian ekspor bahan mentah semata, melainkan juga pada pembangunan industri hilir yang tangguh dan berkelanjutan.

 

Hilirisasi adalah proses pengolahan lebih lanjut bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau barang jadi yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Misalnya, bijih nikel yang diolah menjadi stainless steel atau baterai kendaraan listrik memiliki nilai tambah berkali lipat dibandingkan jika hanya diekspor dalam bentuk mentah.

 

Indonesia, sebagai negara kaya sumber daya alam seperti nikel, bauksit, tembaga, batu bara, dan kelapa sawit, memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri hilir. Namun selama bertahun-tahun, sebagian besar kekayaan alam ini diekspor dalam bentuk bahan mentah, yang mengakibatkan hilangnya potensi nilai tambah, transfer teknologi, dan peluang kerja di dalam negeri.

 

Program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah bertujuan membalik kondisi ini. Dengan mendorong pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah, meningkatkan devisa negara, serta memperkuat struktur industri nasional.

 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa program hilirisasi merupakan pilar kunci dalam mewujudkan Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mencapai kemandirian energi dan memperkuat kedaulatan bangsa.

 

Bahlil menjelaskan, dari empat prioritas utama Asta Cita, dua di antaranya menjadi tugas Kementerian ESDM yaitu kemandirian energi dan hilirisasi. Hilirisasi merupakan instrumen fundamental untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan lapangan kerja berkualitas, serta mendorong keadilan sosial.

 

Bahlil mencontohkan keberhasilan hilirisasi nikel sebagai bukti nyata dampak positif kebijakan ini terhadap kedaulatan ekonomi. Dari hanya sekitar USD 3,3 miliar ekspor nikel pada 2017-2018, hilirisasi berhasil melipatgandakannya menjadi hampir USD 40 miliar pada 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan yang tidak hanya menguntungkan pendapatan negara, tetapi juga mengurangi defisit perdagangan.

 

Sementara itu, Indonesia Mining Association (IMA) menyatakan program hilirisasi komoditas unggulan nasional, khususnya tambang perlu didorong lebih luas lagi. Mengingat saat ini hilirisasi komoditas tambang, seperti produk nikel, baru sampai sampai barang setengah jadi. Pemerintah terus memperkuat pembangunan industri hilir sebagai bagian dari strategi hilirisasi jangka panjang.

 

Ketua IMA Rachmat Makkasau mengatakan, apabila industri manufaktur Indonesia dapat ditingkatkan untuk dapat mengolah produk-produk hilirisasi dari smelter tambang, maka hal ini akan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar terhadap Tanah Air. Langkah pemerintah dalam upaya untuk mendongkrak nilai tambah potensi komoditas tambang nasional, patut diapresiasi.

 

Menurut Rachmat, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara telah sukses memastikan hilirisasi di dunia tambang. Hal ini terlihat dari berbagai macam aturan yang diterapkan Pemerintah, hingga mendorong para pelaku industri tambang untuk membangun fasilitas pemurnian atau smelter. Alhasil, yang semula Indonesia hanya melakukan ekspor bahan mentah atau raw material yang nilainya kecil, saat ini mengalami peningkatan. Namun, program hilirisasi tidak boleh berhenti sampai di situ, dan harus diperluas hingga menjadi barang jadi. Oleh karena itu, perlu ada kesiapan di level hilir yakni dengan membangun industri manufaktur yang terintegrasi. Dengan demikian, potensi ekonomi yang diperoleh dapat maksimal.

 

DPR mendorong pemerintah melanjutkan kebijakan hilirisasi secara konsisten dan menyeluruh. Jangan tanggung-tanggung yang hanya menghasilkan produk bahan baku setengah jadi dengan nilai tambah kecil.

 

Ke depan, hilirisasi harus dilakukan secara penuh dengan memproduksi barang jadi nikel berbasis teknologi agar nilai tambahnya menjadi tinggi. Saat ini hilirisasi nikel telah mencapai produk setengah jadi, dan terus dikembangkan menuju produk akhir bernilai tinggi. Adapun Indonesia hanya memproduksi seperti nikel matte dan fero-nikel, yang menjadi bahan baku untuk industri nikel di China.

 

Rachmat mengatakan PR terbesar kita adalah memastikan komoditas yang sudah siap baik dari tembaga, nikel dan lain-lain itu bisa kita teruskan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih baik dengan mendorong dan memastikan downstream industri ini bisa terjadi.

 

Hilirisasi merupakan kebijakan strategis yang mampu membawa Indonesia naik kelas dari negara pengekspor bahan mentah menjadi negara industri berbasis nilai tambah. Namun, kesuksesan program ini sangat bergantung pada keberhasilan pembangunan industri hilir yang kokoh dan terintegrasi.

 

Pemerintah harus terus memperkuat dukungan terhadap investasi industri pengolahan, membangun kawasan industri terintegrasi, memperkuat SDM dan inovasi, serta menciptakan ekosistem rantai pasok yang efisien. Tanpa penguatan industri hilir, hilirisasi berpotensi hanya menjadi slogan tanpa dampak nyata. Oleh karena itu, membangun industri hilir bukan sekadar pelengkap, melainkan elemen kunci dalam mewujudkan hilirisasi yang berkelanjutan, inklusif, dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

 

*) Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts