Mengapresiasi Gerak Cepat Pemerintah Gagalkan Penyelundupan
Oleh : Astrid Widia
Keberhasilan pemerintah dalam mencegah penyelundupan menunjukkan efektivitas sistem pengawasan dan sinergi antarlembaga yang semakin solid. Dari laut hingga perbatasan darat, berbagai upaya ilegal berhasil digagalkan demi menjaga kedaulatan dan kekayaan negara.
Pencegahan penyelundupan bukan sekadar penegakan hukum, melainkan bagian penting dari strategi pertahanan negara. Hal ini tergambar jelas dalam keberhasilan Tim Fleet One Quick Response (F1QR) Pangkalan TNI AL (Lanal) Bangka Belitung yang menggagalkan pengangkutan 25 ton pasir timah ilegal yang diduga akan diselundupkan ke Malaysia.
Penangkapan tersebut bermula dari patroli rutin yang dilakukan di perairan Pangkal Pinang, di mana Tim F1QR mencurigai keberadaan kapal KM. Indah Jaya GT 34 yang kandas secara tidak wajar di alur pelayaran Pelabuhan Pangkal Balam. Saat didekati, beberapa anak buah kapal (ABK) langsung melarikan diri ke hutan bakau.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama I Made Wira Hady Arsanta Wardhana, menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan menemukan puluhan karung pasir timah yang disembunyikan di dalam palka kapal. Ia menegaskan bahwa kegiatan patroli semacam ini merupakan bagian dari misi menjaga kekayaan sumber daya alam Indonesia dari eksploitasi ilegal.
Keberhasilan ini bukanlah kejadian yang berdiri sendiri. Di Pelabuhan Merak, Banten, TNI AL juga berhasil menggagalkan upaya penyelundupan Benih Bening Lobster (BBL) yang bernilai ekonomi tinggi. Tindakan cepat dan akurat aparat ini dinilai sebagai bentuk perlindungan terhadap ekosistem laut Indonesia yang selama ini menjadi sasaran sindikat penyelundupan lintas negara.
Anggota Komisi I DPR RI, Okta Kumala Dewi, menyatakan bahwa tindakan TNI AL bukan hanya sekadar penindakan hukum semata, namun merupakan langkah strategis dalam menyelamatkan kekayaan negara.
Ia menegaskan bahwa Komisi I DPR RI mendukung penuh penguatan peran TNI AL dalam menjaga keamanan laut sebagai garda terdepan pertahanan negara. Menurutnya, keberhasilan tersebut mencerminkan komitmen serius negara dalam menegakkan hukum dan menjaga kedaulatan maritim.
Bergeser ke kawasan tengah Indonesia, sinergi antara Bea Cukai Morowali dan Lantamal VI Makassar juga mencatat hasil gemilang. Dalam sebuah operasi di perairan Morowali, aparat berhasil mengamankan 1.643 botol minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan 46.200 batang rokok ilegal. Kepala Kantor Bea Cukai Morowali, Satya Nugraha, menyebut bahwa penindakan tersebut menyelamatkan negara dari potensi kerugian sekitar Rp243,8 juta. Ini merupakan angka yang signifikan dan mencerminkan efektivitas pengawasan di sektor perdagangan gelap.
Tak kalah penting, pengawasan ketat juga dilakukan di perbatasan timur Indonesia. Dalam kurun waktu tiga hari, tim gabungan dari Bea Cukai Merauke, Imigrasi Kelas II TPI Merauke, dan Satgas Pamtas RI–PNG Yonif 144/Jaya Yudha menggagalkan dua kasus penyelundupan narkotika di Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan. Barang bukti yang berhasil diamankan mencakup ganja seberat lebih dari 400 gram dan sejumlah kecil kokain yang dibawa oleh pelintas batas asal Papua Nugini.
Kepala Seksi Kepatuhan Internal dan Penyuluhan Bea Cukai Merauke, Pratomo Heri Purnawan Wijayanto, mengungkapkan bahwa operasi tersebut adalah bagian dari peningkatan pengawasan di wilayah rawan pelintas ilegal. Menurutnya, keberhasilan ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan perbatasan yang aman dan bebas dari narkotika, sekaligus mengurangi risiko gangguan sosial akibat peredaran zat terlarang.
Sementara itu, di wilayah barat Indonesia, Bea Cukai Teluk Nibung bersama Balai Besar Karantina Ikan Tanjungbalai Asahan berhasil mencegah penyelundupan satwa dan biota laut dilindungi. Mereka menyita lebih dari seribu ekor belangkas, puluhan kilogram kupang, siput harimau, daging kerang, serta ikan cincaro. Kepala Kantor Bea Cukai Teluk Nibung, Nurhasan Ashari, menekankan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari koordinasi lintas lembaga. Ia menyampaikan bahwa perlindungan terhadap satwa dilindungi tidak bisa hanya mengandalkan satu instansi, melainkan perlu sinergi berkelanjutan untuk memastikan pelaku diberikan sanksi tegas dan lingkungan tetap terjaga.
Semua keberhasilan ini menyampaikan satu pesan tegas: pemerintah hadir dan bekerja nyata dalam melindungi kedaulatan negara. Dari laut hingga daratan, dari perdagangan ilegal hingga penyelundupan narkotika dan satwa dilindungi, semua bentuk kejahatan lintas batas ditekan secara sistematis.
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan keamanan nasional yang diusung Presiden Prabowo Subianto melalui misi Asta Cita, mulai memberikan hasil nyata. Penguatan aparatur pertahanan dan penegak hukum, serta sinergi antarlembaga seperti TNI, BIN, Bea Cukai, Imigrasi, dan Karantina, telah membentuk jaringan pengawasan yang lebih rapat dan responsif.
Lebih jauh, keberhasilan dalam menindak penyelundupan juga harus dimaknai sebagai komitmen untuk menjaga integritas ekonomi nasional. Ketika barang ilegal berhasil dicegah masuk atau keluar, negara tidak hanya terhindar dari kerugian fiskal, tapi juga melindungi para pelaku usaha legal dan mendorong keadilan dalam pasar domestik. Dalam jangka panjang, hal ini mendukung pembangunan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.
Kita patut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah dan seluruh aparat penegak hukum yang telah bekerja keras menjaga wilayah kedaulatan NKRI dari berbagai bentuk kejahatan lintas negara. Keberhasilan demi keberhasilan ini bukan hanya menjadi catatan positif dalam laporan kerja, tetapi juga bukti bahwa pemerintah serius dalam melindungi kekayaan bangsa demi masa depan Indonesia yang lebih berdaulat dan sejahtera.***
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute