Program MBG Tingkatkan Kualitas Gizi Anak dan Pemberdayaan UMKM
Oleh : Safira Alfi
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah merupakan salah satu langkah strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak usia dini. Melalui penyediaan makanan sehat dan bergizi bagi anak-anak usia sekolah, program ini tidak hanya bertujuan menekan angka stunting dan gizi buruk, tetapi juga memastikan bahwa setiap anak memperoleh asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitifnya. Kebutuhan gizi yang terpenuhi secara rutin akan berdampak langsung pada peningkatan konsentrasi belajar, imunitas tubuh, serta produktivitas anak di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.
Penerapan program ini menjadi sangat relevan mengingat berbagai hasil survei menunjukkan masih tingginya angka kekurangan gizi di kalangan anak-anak, terutama di daerah tertinggal dan miskin. Dalam beberapa kasus, anak-anak datang ke sekolah tanpa sarapan atau hanya mengonsumsi makanan ringan yang tidak bernilai gizi. Dengan hadirnya Program MBG, siswa mendapatkan satu kali makanan lengkap yang disiapkan sesuai standar gizi, termasuk karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, serta buah-buahan. Pola makan yang lebih seimbang ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang sehat, cerdas, dan kompetitif.
Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) RI, Maman Abdurrahman mengatakan Makan Bergizi Gratis didesain sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi, khususnya bagi pelaku UMKM di sektor pangan. Pemerintah melibatkan warung makan lokal, katering rumahan, hingga kelompok usaha perempuan dalam penyediaan makanan untuk anak-anak sekolah. Skema ini memberikan peluang usaha sekaligus memperluas pasar bagi pelaku UMKM yang sebelumnya terkendala akses pasar tetap. Dengan sistem pendataan dan pengawasan yang transparan, pelaku UMKM diajak berkontribusi dalam penyediaan makanan berkualitas yang memenuhi standar kesehatan.
Anggota Komisi IX DPR RI, Indah Kurniawati, mendukung penuh terhadap pelaksanaan program MBG yang dinilai penting tidak hanya untuk kesehatan masyarakat, tetapi juga peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh. Kolaborasi antara pemerintah daerah, sekolah, dan pelaku UMKM menjadi kunci keberhasilan program ini di lapangan. Sekolah ditugaskan sebagai titik distribusi dan pengawasan, sementara UMKM mendapat pelatihan dan pendampingan untuk menjaga mutu serta higienitas makanan yang disajikan. Pemerintah pusat juga memberikan pendanaan melalui mekanisme anggaran khusus, termasuk pelibatan dinas kesehatan dan dinas koperasi dalam memfasilitasi proses produksi dan distribusi. Di banyak daerah, sinergi ini telah menunjukkan dampak positif berupa meningkatnya kehadiran siswa, semangat belajar yang lebih tinggi, dan geliat ekonomi lokal yang mulai terasa.
Selain itu, MBG juga menjadi ajang edukasi gizi kepada siswa dan orang tua. Dengan makanan yang disajikan secara rutin dan beragam, anak-anak mulai mengenal pentingnya mengonsumsi sayur dan buah, serta mengurangi kebiasaan jajan sembarangan. Program ini secara tidak langsung membentuk budaya makan sehat di lingkungan sekolah, yang kemudian terbawa hingga ke rumah. Upaya edukatif ini semakin diperkuat dengan kegiatan sosialisasi yang melibatkan guru, orang tua, serta tenaga kesehatan agar pemahaman mengenai pentingnya gizi semakin meluas dan membumi.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana mengatakan dengan perencanaan yang matang dan evaluasi berkala. Kendala minor yang sempat muncul seperti logistik dan variasi kapasitas UMKM telah diantisipasi secara sistematis melalui perencanaan terpadu dan pendampingan intensif. Pemerintah juga terus membuka ruang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program ini, baik melalui pengawasan, saran perbaikan, maupun inisiatif lokal yang memperkaya pelaksanaan di lapangan. Transparansi dan akuntabilitas menjadi prinsip utama yang harus dijaga untuk memastikan keberlanjutan program ini dalam jangka panjang.
Program MBG juga menunjukkan bahwa pendekatan lintas sektor merupakan model pembangunan yang efektif. Ketika isu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi ditangani secara terintegrasi, maka hasilnya akan jauh lebih signifikan dibandingkan jika dikerjakan secara terpisah. MBG menjadi bukti bahwa pemenuhan hak dasar anak-anak bukan hanya tanggung jawab satu instansi, tetapi kolaborasi seluruh elemen bangsa. Bahkan di beberapa wilayah, program ini telah memicu inovasi lokal seperti penggunaan bahan pangan organik dari pertanian sekitar sekolah, yang sekaligus mendukung pertanian berkelanjutan.
Secara keseluruhan, Program MBG bukan hanya sekadar program pengadaan makanan, tetapi sebuah investasi sosial yang berjangka panjang. Program ini membawa misi besar untuk memutus rantai kemiskinan struktural melalui peningkatan kualitas gizi dan pemberdayaan ekonomi lokal. Dengan generasi muda yang lebih sehat dan UMKM yang lebih berdaya, Indonesia menapaki jalan menuju kemajuan yang lebih inklusif dan berkeadilan. Oleh karena itu, sudah semestinya program ini didukung oleh seluruh lapisan masyarakat agar manfaatnya semakin meluas dan keberlanjutannya terjaga di masa depan.
Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis juga mencerminkan komitmen kuat pemerintah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang inklusif. Dengan menjangkau anak-anak dari berbagai latar belakang sosial serta memberdayakan UMKM lokal, pemerintah tidak hanya memenuhi hak dasar masyarakat, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi dari bawah. Langkah progresif ini menunjukkan bahwa negara hadir secara nyata dalam kehidupan rakyat, menjadikan kesejahteraan sebagai prioritas utama yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
)* Penulis adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah (Unimus) Bandung
[edRW]