Solidaritas Daerah Mengalir ke Sumatera, Pemerintah Tegaskan Komitmen Pemulihan Cepat Pasca Bencana
Oleh: Bara Winatha
Bencana banjir dan longsor yang menimpa sejumlah wilayah di Pulau Sumatera—terutama Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat—telah memicu gelombang solidaritas dari berbagai pemerintah daerah di Indonesia. Dalam situasi darurat yang menuntut respons cepat, kolaborasi lintas instansi, lintas wilayah, dan lintas komunitas menjadi bukti nyata bahwa nilai kemanusiaan tetap menjadi pondasi utama dalam kehidupan berbangsa. Berbagai daerah bergerak serentak mengirimkan bantuan, tenaga, hingga dukungan logistik, memperlihatkan bahwa kepedulian tidak pernah mengenal batas administratif. Kesadaran kolektif inilah yang mendorong percepatan penanganan dan pemulihan masyarakat terdampak bencana di Sumatera.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa masyarakat Jawa Timur menitipkan kepedulian dan semangat kemanusiaan kepada saudara sebangsa di Sumatera. Ia memperlihatkan bahwa solidaritas antardaerah merupakan komitmen moral untuk saling menguatkan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai Rp5 miliar yang dikemas dalam program Jawa Timur Peduli, berisi permakanan, obat-obatan, sandang, serta perlengkapan kebersihan pascabencana. Sebagian bantuan telah tiba melalui jalur darat menggunakan truk logistik BPBD Jatim, sementara kloter kedua tengah disiapkan melalui Gudang BPBD Sidoarjo dengan total muatan sekitar 15 ton.
Pemerintah Jawa Timur juga memperkuat koordinasi dengan TNI dan Polri untuk memastikan seluruh distribusi berjalan cepat dan tepat sasaran. Beberapa bantuan mendesak dikirim melalui pesawat Hercules TNI AU, sementara logistik besar dan tahan lama diberangkatkan menggunakan KRI dari Koarmada II Surabaya menuju sejumlah pelabuhan di Sumatera. Khofifah menegaskan kesiapan Jatim mengirimkan relawan kesehatan serta tim evakuasi yang dapat diberangkatkan kapan pun, mengingat kondisi akses jalan di beberapa titik masih terhambat oleh longsor dan banjir. Dari perspektif kebencanaan, kesiapan relawan dan koordinasi antarlembaga menjadi faktor strategis dalam menentukan kecepatan penyelamatan serta pemulihan awal di daerah terdampak.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga menegaskan komitmen solidaritasnya. Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman mengatakan bahwa bantuan keuangan tanggap darurat senilai Rp1,5 miliar diberikan sebagai bentuk empati bagi warga di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Bantuan tersebut disalurkan masing-masing Rp500 juta melalui skema Bantuan Keuangan Khusus Tanggap Darurat, sehingga pemerintah daerah penerima dapat langsung memanfaatkannya untuk kebutuhan taktis seperti penyediaan logistik, penanganan medis, hingga rehabilitasi infrastruktur dasar yang terdampak. Penyaluran bantuan keuangan ini menjadi elemen penting dalam respons kebencanaan, sebab kebutuhan di lapangan sering kali bergerak dinamis dan membutuhkan fleksibilitas anggaran.
Andi Sudirman menekankan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan selalu menunjukkan simpati terhadap sesama, terutama ketika bencana hidrometeorologi mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan bantuan yang dikirim secara langsung ke pemerintah daerah di Sumatera, percepatan penanganan darurat dapat dilakukan tanpa hambatan prosedural yang sering kali menyita waktu. Kehadiran bantuan lintas daerah seperti dari Sulsel memperlihatkan bahwa tanggung jawab kemanusiaan bukan hanya beban daerah terdampak, tetapi menjadi urusan bersama seluruh elemen bangsa. Di tengah meningkatnya intensitas bencana akibat perubahan iklim, pola kolaborasi semacam ini menjadi sangat relevan dalam memastikan resiliensi nasional.
Langkah serupa juga dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan yang dikirimkan merupakan wujud gotong royong dan kepedulian warga Jakarta terhadap masyarakat di Sumatera. Bantuan dilepas dari Markas Komando Lintas Laut Militer, Jakarta Utara, dan dikirim menggunakan tiga Kapal Perang Republik Indonesia: KRI Dr. Soeharso, KRI Semarang, dan KRI Teluk Gilimanuk. Bantuan mencakup kebutuhan dasar seperti sembako, sandang, selimut, kasur lipat, perlengkapan keluarga, hingga tandon air bersih—seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan mendesak para penyintas. Pengiriman bantuan melalui moda laut berskala besar menunjukkan bahwa Pemprov DKI memahami tingkat kerusakan akses darat di wilayah terdampak yang memerlukan alternatif distribusi berkapasitas tinggi.
Tampak jelas bahwa solidaritas lintas daerah merupakan modal sosial yang sangat kuat. Apresiasi yang diberikan kepada seluruh instansi yang terlibat tidak sekadar lahir sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai dorongan moral agar semangat gotong royong terus dipelihara. Bencana besar di Sumatera telah menguji kesiapsiagaan nasional, namun sekaligus memperlihatkan bahwa daerah-daerah lain mampu tampil sebagai garda pendukung yang responsif. Selain itu, literasi kebencanaan di tingkat pemerintahan daerah menunjukkan perkembangan positif.
Apresiasi juga layak diberikan kepada seluruh relawan, tenaga medis, petugas TNI-Polri, BPBD, dan masyarakat sipil yang terlibat dalam proses penyaluran bantuan. Tanpa dukungan mereka, berbagai bantuan dari pemerintah daerah tidak akan sampai ke tangan warga secara efisien. Kerja-kerja teknis seperti penyortiran logistik, pemetaan daerah terdampak, hingga layanan kesehatan lapangan merupakan bagian penting dari rantai penanganan bencana yang jarang terlihat tetapi sangat menentukan hasil akhir.
Solidaritas nasional yang tercermin dalam bencana di Sumatera ini diharapkan menjadi contoh bagi penanganan bencana di masa mendatang. Melalui pengalaman ini, masyarakat Indonesia telah membuktikan semangat gotong royong tetap hidup dan menjadi modal untuk menjaga ketahanan bangsa di tengah situasi krisis. Dengan demikian, apresiasi terhadap solidaritas lintas instansi yang membantu penanganan korban bencana di Sumatera merupakan bentuk penghormatan, penguatan nilai kemanusiaan, dan persatuan nasional. Ketika daerah-daerah saling menopang dalam masa sulit, Indonesia menunjukkan identitas terbaiknya sebagai bangsa yang peduli, tangguh, dan siap bangkit bersama menghadapi berbagai tantangan.
*)Penulis merupakan pengamat sosial dan kemasyarakatan.







