Pakar Ungkap Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah
Oleh: Eva Kalyna Audrey
Pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan sama sekali tidak terdampak dengan adanya perang antara Iran dan Israel dan konflik Timur Tengah yang belakangan ini sedang terjadi dan memanas hingga menyebabkan ketidakpastian global.
Menurut seorang ekonom bernama Ibrahim Assuabi, bahwa perekonomian nasional nyatanya sama sekali tidak terdampak secara signifikan oleh adanya konflik yang terjadi antara Iran dengan Israel.
Tentunya bukan tanpa alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi, pasalnya pakar itu menilai bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid karena didukung dengan adanya pertumbuhan ekonomi domestik yang terus mengalami keberlanjutan dan juga ekspansif.
Terlebih, sebenarnya bangsa ini sudah sejak sebelum meletesnya perang antara Iran dan Israel sudah lama mewanti-wanti dan mempersiapkan beragam langah serta strategi jitu untuk terus mempertahankan kestabilan perekonomiannya.
Sejak terjadinya konflik geopolitik di Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu, Tanah Air telah bersiap sejak lama seandainya misal terjadi sebuah kondisi darurat ekonomi global serta adanya permasalahan yang cukup serius, maka Indonesia akan terus berfokus pada perekonomian dalam negerinya.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang sangat solid dan bahkan sama sekali tidak terdampak oleh konflik geopolitik yang belakangan terjadi, yakni antara Iran dan Israel tersebut utamanya karena ditopang oleh adanya konsumsi domestik yang meningkat.
Peningkatan konsumsi domestik sendiri terjadi utamanya pada saat momentum perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah lalu serta adanya tradisi mudik lebaran yang dilakukan oleh masyarakat ke kampung halaman mereka masing-masing.
Jelas saja, bagaimana tradisi dalam perayaan hari besar keagamaan oleh seluruh masyarakat di Indonesia tersebut turut mendukung bagaimana kuatnya ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi gejolak yang terjadi di dunia internasional karena terjadi pula konsumsi domestik yang meningkat.
Tidak tanggung-tanggung, bagaimana peranan dari peningkatan konsumsi domestik masyarakat pada perolehan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sangat besar. Bahkan data menunjukkan bahwa hampir sebanyak 60 persen PDB ternyata berasal dari konsumsi masyarakat.
Sehingga dengan demikian, selanjutnya Pemerintah Republik Indonesia bisa berfokus pada hal lain untuk semakin mewujudkan stabilitas ekonomi nasional, yakni dengan peberian bantuan sosial (bansos), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan sebagainya untuk membantu sebagian masyarakat lainnya di Tanah Air yang kurang mampu sehingga terwujud pemerataan kemampuan ekonomi.
Salah satu tujuan dari pemberian berbagai macam bentuk bantuan oleh Pemerintah RI kepada masyarakat tersebut yakni untuk semakin menggenjot konsumsi masyarakat, yang mana nyatanya secara konkret, tingkat konsumsi masyarakat itu sangat bagus untuk PDB nasional.
Selain itu, dunia usaha di Tanah Air juga sedang dalam fase melakukan ekspansi, yang mana ditunjukkan oleh PMI Manufaktur S&P Global Indonesia mengalami kenaikan menjadi 54,2 pada bulan Maret 2024 dari sebelumnya 52,7 pada bulan Februari 2024.
Selanjutnya, bagaimana posisi cadangan devisa negeri ini pada akhir bulan Maret 2024 tetap mencatatkan angka yang tinggi, yakni sebesar 140,4 miliar dollar AS. Dengan tingginya cadangan devisa tersebut maka akan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga pula stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Pemerintah RI sendiri telah melakukan persiapan diri dalam upaya mengantisipasi jika adanya konflik di Timur Tengah tersebut berpengaruh pada harga minyak bumi. Pasalnya, apabila harga minyak mentah mengalami kenaikan yang cukup tinggi, maka juga akan berpengaruh terhadap impor minyak mentah yang biasanya dilakukan oleh Indonesia.
Sehingga upaya antisipasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan cara mengembangkan inovasi bahan bakar nabati dan pencampuran bahan bakar nabati dengan minyak mentah bumi. Hal tersebut diharapkan mampu membantu mengurangi beban impor bahan bakar minyak.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya terus menjaga stabilisasi nilai tukar di tengah terjadinya ketidakpastian global akibat adanya ketegangan antaran Iran versus Israel. Penjagaan pada stabilisasi nilai tukar tersebut menjadi fokus yang penting.
Sejumlah langkah telah dipersiapkan dalam menjaga stabilisasi tersebut. Terlebih, sebenarnya ekonomi Indonesia termasuk sebagai salah satu negara emerging market (EMEs) yang sangat kuat dalam menghadapi dampak rambatan global akibat adanya ketidakpastian dan penurunan Fed Fund Rate (FFR) serta adanya peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Daya tahan pada ekonomi nasional itu karena ditopang oleh adanya kebijakan moneter dan fiskal yang priuden serta terkoordinasi dengan erat. Terdapat pula pengelolaan aliran portofolio dari asing yang ramah pasar, termasuk terjadinya operasi moneter yang ‘pro-market’ dan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang, seluruh hal tersebut semakin mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Dengan adanya semua hal tersebut, termasuk bagaimana strategi yang sangat optimal dari Pemerintah RI untuk terus menjaga ketahanan ekonomi nasional, ternyata terbukti bahwa sektor perekonomian negeri ini sangat solid dan sama sekali tidak terdampak meski tengah terjadi perang antara Iran dengan Israel.
*) Penulis Merupakan Analis pada Lembaga Lintas Nusamedia