Kata Papua

Negara Perkuat Kewaspadaan Hadapi Intoleransi dan Radikalisme Jelang Nataru - Kata Papua

Negara Perkuat Kewaspadaan Hadapi Intoleransi dan Radikalisme Jelang Nataru

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Negara Perkuat Kewaspadaan Hadapi Intoleransi dan Radikalisme Jelang Nataru

JAKARTA – Seluruh lapisan masyarakat Indonesia harus bersama meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya persebaran narasi intoleransi dan radikalisme yang jelas berpotensi semakin menguat menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

 

Momentum akhir tahun tersebut sering kali memang dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menyebarkan provokasi dengan atribut agama, disinformasi hari raya, hingga sentimen eksklusivisme di ruang publik.

 

Pemerintah bersama dengan otoritas terkait terus memantau bagaimana pergerakan narasi negatif tersebut guna semakin memastikan terwujudnya stabilitas nasional dan kerukunan antarumat beragama bisa tetap terjaga dengan baik.

 

Kementerian Agama RI menegaskan seperti apa komitmennya dalam mengawal kedamaian di tengah kemajemukan bangsa Indonesia ini.

 

Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan Umat Beragama, Gugun Gumilar, saat memberikan keterangan terkait penyelesaian konflik rumah ibadah di Bekasi menekankan bahwa negara selalu hadir untuk senantiasa menjamin keadilan di tengah masyarakat.

 

“Itu menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga perayaan keagamaan umat Kristiani dan seluruh umat beragama berlangsung dengan aman dan penuh kedamaian,” ucap Gugun.

 

Menurutnya, sinergi antara pemerintah dan tokoh masyarakat menjadi kunci utama dalam mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan harmonis.

 

Ancaman di ruang digital juga menjadi perhatian serius bagi organisasi masyarakat.

 

Ketua Yayasan Prabu Foundation, Asep Muhargono, mengingatkan generasi muda agar tidak terjebak dalam arus informasi yang memecah belah.

 

“Anak muda adalah aset bangsa. Energi besar mereka jangan sampai dimanfaatkan oleh pihak yang ingin memecah belah persatuan,” tegas Asep.

 

Ia juga menyerukan pentingnya literasi digital agar masyarakat tidak mudah terprovokasi hoaks.

 

“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga ruang digital tetap sehat dan menghormati keberagaman di Indonesia,” katanya.

 

“Jangan ikut menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, dan jadilah bagian dari upaya menciptakan suasana damai,” ujarnya.

 

Sementara itu, pengamat intelijen dan terorisme, Ridlwan Habib, menyoroti munculnya ideologi liar yang menyasar kekecewaan sosial di kalangan anak muda.

 

Ridlwan menyebutkan bahwa sisa kekecewaan pasca-demonstrasi dapat dimanipulasi menjadi narasi ekstrem jika tidak ditangani serius.

 

“Kalau tidak ditangani serius, sisa kekecewaan bisa dimanfaatkan oleh kelompok tertentu dengan menyebarkan isu-isu provokatif,” jelas Ridlwan.

 

Ia mendorong pemerintah mengoptimalkan Forum Kewaspadaan Dini di daerah untuk meredam kerawanan sosial tersebut sebelum berkembang menjadi tindakan intoleran yang nyata. (*)

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key

Related Posts