Pemerintah Dorong Swasembada Melalui Kebijakan 4A Ketahanan Energi Nasional
Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong terwujudnya swasembada energi nasional melalui kebijakan strategis yang berlandaskan pada konsep 4A Ketahanan Energi Nasional.
Konsep tersebut mencakup empat aspek penting, yakni _Availability_ (ketersediaan energi), _Accessibility_ (kemudahan akses energi), _Affordability_ (keterjangkauan energi), dan _Acceptability_ (penerimaan masyarakat terhadap penyediaan energi yang ramah lingkungan).
“Untuk mencapai 4A dimaksud maka Ditjen Migas bersama dengan stakeholder terkait terus mengupayakan langkah-langkah strategis mulai dari peningkatan lifting minyak dan gas bumi (migas), hilirisasi, hingga penerapan transisi energi secara berkelanjutan untuk mewujudkan swasembada energi,” kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad, di Jakarta.
Berbagai langkah pemerintah, termasuk ekspansi kilang dan peningkatan produksi migas, mendapat apresiasi dari kalangan pengamat.
Pengamat ekonomi bisnis, Acuviarta Kartabi, menilai kebijakan ini menjadi jalan penting untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
“Dari laporan keuangan, kinerja perusahaan selalu meningkat cukup signifikan. Untuk itu, saya optimis dan berharap Pertamina sanggup mewujudkan swasembada energi,” ujarnya.
Ia menambahkan, peningkatan efisiensi di semua lini bisnis energi menjadi faktor penting keberhasilan kebijakan ini.
“Pertamina juga harus semakin memperkuat sisi distribusi dan efisiensi dalam proses pengadaan migas karena valuenya ada di situ,” tuturnya.
Selain menjaga pasokan dalam negeri, ekspansi bisnis migas ke luar negeri juga dinilai sebagai langkah positif dalam mendukung kemandirian energi.
“Kalau melihat rencana bisnis perusahaan Pertamina, kan akan ada rencana pengelolaan lapangan migas di luar negeri. Itu perlu dilakukan untuk mendukung produk domestik, dalam rangka Pertamina _go global_ dan dalam mewujudkan swasembada energi,” tambah Acuviarta.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah, PT Pertamina (Persero) turut memainkan peran strategis dalam mendukung pencapaian swasembada energi. Hingga Juli 2025, Pertamina mencatat produksi migas di atas satu juta barel setara minyak per hari (BOEPD) dan menemukan cadangan baru sebesar 724 juta barel setara minyak (MMBOE) di wilayah kerja Rokan.
“Pertamina mencatat beberapa capaian, di antaranya temuan cadangan migas baru sebesar 724 juta barrel setara minyak (MMBOE) di wilayah kerja Rokan,” ujar Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri.
Pertamina juga gencar mengembangkan energi bersih, salah satunya melalui Pertamax Green 95 yang mengandung bioetanol 5% dari molase tebu. Langkah ini merupakan bentuk nyata penerapan prinsip Acceptability dalam 4A, yaitu penyediaan energi yang lebih ramah lingkungan.
Di sektor energi terbarukan, Pertamina New & Renewable Energy (NRE) menargetkan pengembangan bioetanol berkelanjutan hingga 2031.
“Untuk bioetanol, kita memiliki ambisi meningkatkan kapasitas produksi, salah satunya dengan reaktivasi pabrik di Banyuwangi, Glenmore, dengan mengambil molase sebagai bahan baku bioetanol tanpa mengganggu produksi gula,” jelas CEO Pertamina NRE, John Anis. [w.R]


